Minggu, 28 September 2008

Kerajaan Mataram Islam


Bagi orang awam tidak tahu persis kapan Kerajaan ini berdiri. Sebab Kerajaan Mataram terdiri dari 2, yaitu: Mataram Hindu-Budha dan Mataram Islam. Sebelum politik Devide et Impera Belanda di Indonesia kerajaan Mataram Islam terletak di Kartosuro dan setelah perjanjian Gianti dan Salatiga Mataram Islam terpecah menjadi 2, yaitu Kasunanan Surakarta (Sala/Solo) dan Kasultanan Yogyakarta. Kemudian Solo terpecah menjadi 2, yaitu: Kasunanan dan Mangkunegaran, sedangkan Yogyakarta menjadi: Kasulanan dan Paku Alam-an.

Keraton Kartosuro hampir dilupakan keberadaannya, bahkan banyak masyarakat atau malah para guru sejarah di Indonesia tidak tahu keberadaan Keraton Kartosuro tersebut. Sebenarnya lokasi Keraton tersebut terletak 10 Km di sebelah barat Kota Solo (Surakarta). Sisa dari kerajaan tersebut berupa tembok benteng yang terbuat dari batu bata setebal 1 meter, di dalamnya terdapat sejumlah makam raja dan ratu atau selir, yang terkenal adalah selir Nyi Sedah Mirah (Merah).
Keraton Kartosuro pindah ke Desa Sala ( SOLO/Surakarta) karena berhasil dimasuki dalam pemberontakan orang-orang Cina, maka karena dianggap sudah tidak memiliki kesaktian lagi dicari tempat lain. Berdasarkan berbagai pertimbangan, terutama para ahli pada waktu itu, yang paling cocok adalah desa Sala. Waktu itu merupakan daerah rawa-rawa. Maka setelah diadakan penimbunan dengan tanah dan kayu-kayu, maka berdirilah Kasunanan Hadiningrat Surakarta.

Antara Kartosuro dan Solo terdapat daerah Pajang, dengan makam-makam rajanya yang terkenal dengan Makamhaji (haji=raja).  
Pajang merupakan merupakan kerajaan Islam yang terkenal sezaman dengan kerajaan Demak
 yang saling berebut hegemoni untuk menguasai wilayah Jawa. Sebelah Barat Kartosuro terdapat
 desa Pengging dengan makamnya yang terkenal sebagai tempat peziarahan sampai sekarang,
 bahkan ada tempat mata air yang tiada habis-habisnya, bahkan dijadikan salah satu sumber air PAM negara untuk memasok Air minum di Solo dan sekitarnya.

Sekarang Mataram Islam menyisakan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dengan Mankunegaran-nya dan Kasultanan Ngayogyakarta Hadingrat dengan Paku Alam-nya. Eksistensi kedua keraton tersebut tergantung pada pengelolanya dari pihak keluarga keraton-keraton tersebut. Apakah pamor keraton akan pudar apa tetap akan lestari adalah tanggungjawab keluarga Keraton dan Pemerintah. Seperti Di negara-negara maju masih mempertahankan keraton-keratonnya dan keluarga keraton masih sangat dihormati oleh bangsanya walau sudah memasuki 
zaman/ era Globalisasi, seperti di Inggris, Belanda, Monaco, dan sebagainya.

RBM. Sutartomo
Solo - Palembang

Tidak ada komentar: