Kamis, 20 November 2008

SOLO Jadul

Selayang Pandang Solo Tempo Doeloe

Buat orang2 Solo.., jg buat yg mau tahu kota Solo.

^-^

"Yen wis kliwat separo abad, jwa kongsi binabad "
Jika sudah lebih separuh abad, janganlah dihancurkan. ..
[ Ronggowarsito
]

Sejarah Kota Surakarta bermula ketika Sunan Pakubuwana II memerintahkan Tumenggung Honggowongso dan Tumenggung Mangkuyudo serta komandan pasukan Belanda J.A.B. Van Hohendorff untuk mencari lokasi Ibukota Kerajaan Mataram Islam yang baru. Mempertimbangan faktor fisik dan non fisik, akhirnya terpilih suatu desa di tepi Sungai Bengawan yang bernama desa Sala (1746 M
atau 1671 Jawa). Sejak saat itu desa Sala berubah menjadi Surakarta
Hadiningrat dan terus berkembang pesat.

Adanya Perjanjian Giyanti, 13 Februari 1755 menyebabkan Mataram Islam
terpecah menjadi Surakarta dan Yogyakarta dan terpecah lagi dalam perjanjian
Salatiga 1767 menjadi Kasunanan dan Mangkunegaran.

DARI fakta sejarah kota Surakarta perkembangan Surakarta pada jaman dahulu
sangat dipengaruhi oleh keberadaan pusat pemerintahan Kasunanan dan
Mangkunegaran, Benteng Vastenburg sebagai pusat pengawasan kolonial belanda
terhadap Surakarta serta Pasar Gedhe Hardjonagoro (Thomas Kaarsten) sebagai
pusat perekonomian kota.

Apabila dihubungkan akan membentuk kawasan budaya dengan Kraton Kasunanan
sebagai intinya. Perkembangan kota selanjutnya berlangsung di
sekitar kawasan budaya ini.

Pasar Gede Hardjonagoro

Dahulu kala, Pasar gedhe merupakan sebuah pasar kecil yang didirikan di area
seluas 10.421 hektar, berlokasi di persimpangan jalan dari kantor gubernur
yang sekarang bernama Balai Kota Surakarta. Bangunan ini di desain oleh
arsitek belanda bernama Ir. Thomas Karsten yang selesai pembangunannya pada
tahun 1930 dan diberi nama Pasar Gede Hardjanagara. Diberi nama pasar gedhe
karena terdiri dari atap yang besar. Seiring perkembangan waktu, pasar ini
menjadi pasar terbesar dan termegah di Surakarta .

Awalnya penyaluran barang dilakukan oleh abdi dalem Kraton Surakarta Mereka
mengenakan pakaian tradisional Jawa berupa jubah dari kain ( lebar dan
panjang dari bahan batik dipakai dari pinggang ke bawah ),beskap ( semacam
kemeja), dan blangkon ( topi tradisional) Pungutan jasa kemudian akan
diberikan ke Istana Kasunanan.

Pasar gedhe terdiri dari dua bangunan yang terpisah. Masing masing terdiri
dari dua lantai. Pintu gerbang di bangunan utama terlihat seperti atap
singgasana yang kemudian diberi nama pasar gedhe.

Arsitektur pasar gedhe merupakan perpaduan antara gaya belanda dan gaya
tradisional. Pada tahun 1947, Pasar gedhe mengalami kerusakan karena
serangan belanda. Pemerintah indonesia kemudian merenovasi kembali pada
tahun 1949. Perbaikan atap selesai pada tahun 1981. Pemerintah indonesia
mengganti atap yang lama dengan atap dari kayu. Bangunan kedua dari pasar
gedhe, digunakan untuk kantor DPU yang sekarang digunakan sebagai pasar
buah.

Benteng Vastenburg

DULU bangunan ini bernama "Grootmoedigheid" . Didirikan oleh Jenderal Baron
Van Imhoff pada tahun 1745 sebagai benteng pertahanan tentara Hindia Belanda
wilayah Jawa Tengah. Benteng didirikan di pusat Surakarta , dekat dengan
Keraton Kasunanan agar dapat lebih mudah mengawasi gerak gerik Keraton
Kasunanan Surakarta.

Benteng ini dahulu merupakan benteng pertahanan yang berkaitan dengan rumah
Gubernur Belanda. Benteng dikelilingi oleh kompleks bangunan lain yang
berfungsi sebagai bangunan rumah tinggal perwira dan asrama/mess perwira.

Bangunan dikelilingi oleh tembok batu bata setinggi 6m dengan konstruksi
bearing wall serta parit dengan jembatan angkat sebagai penghubung.

Setelah kemerdekaan pernah berfungsi sebagai kawasan militer dan asrama bagi
Brigif-6/ Trisakti Baladaya / Kostrad. Bangunan di dalam benteng
dipetak-petak untuk rumah tinggal para prajurit dengan keluarganya.

Masjid Agoeng Soerakarta

PADA masa lalu merupakan Masjid Agung Negara. Semua pegawai pada Masjid
Agung merupakan abdi dalem Keraton, dengan gelar dari keraton misalnya
Kanjeng Raden Tumenggung Penghulu Tafsiranom (penghulu) dan Lurah Muadzin.
Masjid Agung dibangun oleh PB III tahun 1763 dan selesai pada tahun 1768.

Merupakan masjid dengan katagori MASJID JAMI', yaitu masjid yang digunakan
untuk sholat lima waktu dan sholat Jum'at. Dengan status MASJID
NEGARA/KERAJAAN karena segala keperluan masjid disediakan oleh kerajaan dan
masjid juga dipergunakan untuk upacara keagamaan yang diselenggarakan
kerajaan.

Masjid Agung merupakan kompleks bangunan seluas 19.180 m2 yang dipisahkan
dari lingkungan sekitar dengan tembok pagar keliling setinggi 3,25m.
Bangunan Masjid Agung Surakarta secara keseluruhan berupa bangunan tajug
yang beratap tumpang tiga dan berpuncak mustaka.
Masjid Agung terdiri dari

a.. Serambi, mempunyai semacam lorong yang menjorok ke depan (tratag
rambat) yang bagian depannya membentuk kuncung.
b.. Ruang Shollat Utama, mempunyai 4 saka guru dan 12 saka rawa dengan
mihrab dengan kelengkapan mimbar sebagai tempat Khotib pada waktu Sholat Jum
’at.
c.. Pawestren, (tempat shollat untuk wanita) dan Balai Musyawarah,
d.. Tempat berwudhu

• Pagar Keliling, dibangun pada masa PB VIII tahun 1858.

• Pagongan, terdapat di kiri kanan pintu masuk masjid, bentuk dan ukuran
bangunan sama yaitu berbentuk pendapa yang digunakan untuk tempat Gamelan
ketika upacara Sekaten (Upacara Peringatan hari lahir Nabi Muhammad S.A.W.

• Istal dan garasi kereta untuk Raja ketika Shollat Jum’at dan Gerebeg,
diperkirakan dibangun bersamaan dengan dibangunnya Masjid Agung Surakarta.

• Gedung PGA Negeri, didirikan atas susunan PB X (1914) dan menjadi milik
kraton.

• Menara Adzan, mempunyai corak arsitektur menara Kutab Minar di India.
Didirikan pada tahun 1928.

• Tugu Jam Istiwak, yaitu jam yang menggunakan patokan posisi matahari
untuk menentukan waktu shollat.

• Gedang Selirang, merupakan bangunan yang dipergunakan untuk para abdi
dalem yang mengurusi masjid Agung.

Masjid Lawejan

DIBANGUNpada masa Djoko Tingkir sekitar tahun 1546. Merupakan masjid pertama
di Kerajaan Pajang.
Awalnya merupakan pura agama Hindu dengan seorang bhiksu sebagai pemimpin.
Namun dengan pendekatan secara damai, seiring dengan banyaknya rakyat yang
mulai memeluk agama Islam, bangunan dirubah fungsinya menjadi Masjid.

Bersamaan dengan itu, tumbuh sebuah pesantren dengan jumlah pengikut yang
lumayan banyak. Konon karena banyaknya santri, pesantren ini tidak pernah
berhenti menanak nasi untuk makan para santri sehingga selalu keluar asap
dari dapur pesantren dan disebutlah wilayah ini sebagai Kampung Belukan
{"beluk" = asap}.

Pemilik Masjid ini adalah Kyai Ageng Henis (kakek dari Susuhunan PB II).
Seperti layaknya sebuah masjid, Masjid Laweyan berfungsi sebagai tempat
untuk Nikah, talak, Rujuk, Musyawarah dan Makam.

Kompleks masjid menjadi satu dengan makam kerabat Keraton Pajang, Kartasuro
dan Kasunanan Surakarta.

Pada makam terdapat pintu gerbang samping yang khusus dibuat untuk digunakan
oleh PB X untuk ziarah ke makam dan hanya digunakan 1 kali saja karena 1
tahun setelah kunjungan itu beliau wafat.

Beberapa yang dimakamkan di tempat itu diantara-nya adalah :

a.. Kyai Ageng Henis
b.. Susuhunan PB II yang memindahkan Keraton Kartasura ke Desa Sala hingga
menjadi Keraton Kasunanan Surakarta. Konon PB II ingin dimakamkan dekat
dengan Kyai Ageng Henis dan bertujuan untuk menjaga Keraton Kasunanan
Surakarta dari serangan musuh.
c.. Permaisuri PB V
d.. Pangeran Widjil I Kadilangu sebagai Pujangga Dalem PB II - PB III yang
memprakarsai pindahnya Keraton dari Kartasura ke Surakarta .
e.. Nyai Ageng Pati
f.. Nyai Pandanaran
g.. Prabuwinoto anak bungsu dari PB IX.
h.. Dalang Keraton Kasunanan Surakarta yang konon kabarnya pernah diundang
oleh Nyi Roro Kidul untuk mendalang di Laut Selatan.
i.. Kyai Ageng Proboyekso, merupakan jin Laut Utara yang bersama pasukan
jin ikut membantu menjaga keamanan Kerajaan Kasunanan Surakarta.

Di makam ini terdapat tumbuhan Langka (Pohon Nagasari berusia + 500 thn)
yang merupakan perwujudan penjagaan makam oleh naga yang paling unggul.
Selain itu pada gerbang makam terdapat simbolisme perlindungan dari Btari
Durga. Makam direnovasi oleh PB X bersamaan dengan renovasi Kraton
Kasunanan. Sebuah bangunan semacam pendapa yang diangkat dari pindahan
Keraton Kartasura.

Pada makam terdapat pintu gerbang samping yang khusus dibuat untuk digunakan
oleh PB X untuk ziarah ke makam dan hanya digunakan 1 kali saja karena 1
tahun setelah kunjungan itu beliau wafat.




Masjid Mangkoenegaran

PENDIRIAN Masjid Mangkunegaran diprakarsai oleh Kanjeng Gusti Pangeran Aryo
Adipati Mangkunegara I di Kadipaten Mangkunegaran sebagai masjid Lambang
Panotogomo.

Sebelumnya terletak di wilayah Kauman, Pasar Legi, namun pada masa MN II
dipindah ke wilayah banjarsari dengan pertimbangan letak masjid yang
strategis dan dekat kepada Puro Mangkunegaran.

Pengelolaan masjid dilakukan oleh para abdi dalem Puro Mangkunegaran,
sehingga status masjid merupakan Masjid Puro Mangkunegaran.

Pemugaran besar-besaran atas Masjid Mangkunegaran terjadi pada saat
pemerintahan MN VII, pada saat itu MN VII meminta seorang Arsitek dari
Prancis untuk ikut serta mendesain bentuk masjid ini.

Luas Kompleks masjid sekitar 4200 m2 dengan batas pagar tembok keliling
sebagian besar di muka berbentuk lengkung.
Masjid Mangkunegaran terdiri dari :

a.. Serambi, Merupakan ruangan depan masjid dengan saka sebanyak 18 yang
melambangkan umur RM. Said ketika keluar dari Keraton Kasunan Surakarta
untuk dinobatkan sebagai Adipati Mangkunegaran. Di serambi terdapat bedug
yang bernama Kanjeng Kyai Danaswara.

Maligin, dibangun atas prakarsa MN V, digunakan untuk melaksanakan khitanan
bagi putra kerabat Mangkunegaran. Sejak pemerintahan MN VII Maligin
diperkenankan untuk digunakan oleh Muhammadiyah sebagai tempat khitanan
masyarakat umum.

a.. Ruang Shollat Utama merupakan ruang dalam dengan 4 soko guru dan 12
penyangga pembantu yang berhias huruf kaligrafi Al-qur’an.
b.. Pawasteren, merupakan bangunan tambahan yang dipergunakan untuk tempat
sholat khusus wanita.

Menara, dibangun tahun 1926 pada masa MN VII. Digunakan untuk menyuarakan
adzan, pada saat itu dibutuhkan 3-4 orang muadzin untuk adzan bersama-sama
dalam menara ke 4 arah yang berbeda.

Saat ini Masjid Mangkunegaran bernama Al-Wustho, diberi nama demikian pada
tahun 1949 oleh Bopo Penghulu Puro Mangkunegaran Raden Tumenggung K.H. Imam
Rosidi. Masjid Mangkunegaran merupakan masjid yang cukup unik karena di sini
dapat dilihat hiasan kaligrafi Al-qur’an di berbagai tempat, seperti pada
pintu gerbang, pada markis/Kuncungan, soko dan Maligin.

Dalem Poerwodiningratan

TERLETAK di lingkungan dalem Kratonan, Baluwarti dan merupakan bangunan
dalem yang terluas, terbesar dengan pagar tertinggi di lingkungan itu (90m x
100m atau sekitar 1 Ha ).

Bangunan ini dibuat oleh PB IV bersamaan dengan dibangunnya Dalem
Suryohamijayan dan Dalem Sasonomulyo.

Ketika Dalem Poerwadiningratan selesai dibangun, Sinuhun PB IV berkenan
untuk mengadakan Lenggah Sinoko (sidang pemerintahan dihadapan para menteri)
di bangunan tersebut.

Dalem ini kemudian diserahkan kepada Kanjeng Ratu Pembayun yang dinikahi
oleh KGPH Mangkubumi II, kemudian diwariskan kepada KPH Riyo Atmodjo. Putra
beliau yang mendapatkan hak waris atas dalem adalah Kanjeng Raden Mas Haryo
Purwodiningrat Sepuh dan kemudian pada putranya lagi Kanjeng Raden Mas
Tumenggung Haryo Purwodiningrat.

Demikian hingga kawasan ini bernama Poerwadiningratan. (Menurut aturan Jawa,
Dalem diberi nama sesuai dengan pemilik terakhir bangunan).
Sekarang Dalem Poerwodiningratan dimiliki oleh segenap keluarga keturunan
Poerwadiningrat.

Rumah Jawa merupakan pencerminan diri pemilik-nya oleh karena itu seringkali
pamor rumah jawa akan berangsur - angsur turun atau hilang setelah
pemiliknya meninggal dunia.

Kanjeng Radenmas Tumenggung Haryo Poerwodiningrat adalah seorang Bupati
Keraton Kasunanan Surakarta yang pernah menjabat sebagai penguasa Sriwedari.
Seorang dengan wibawa besar yang tercermin dari dalem yang dimilikinya.

Pengaruh ini dirasakan menurun ketika beliau wafat (Yen ditinggal Ibu ora
kopen ning yen ditinggal Bapak ora kajen). Ini tercermin dari
kebiasaan-kebiasaan penghormatan terhadap bangunan yang telah berubah.
Misalnya kendaraan yang berlalu-lalang disekitar pendopo atau masuk pendopo
tanpa melepas alas kaki.

Pada jaman KRTH Poerwodiningrat, pendatang yang masuk ke lingkungan dalem
berjalan kaki bahkan berjalan jongkok di pendopo untuk menghormat. Halaman
pendopo ditutup pasir untuk area duduk para abdi dalem yang sowan, dan ada
tempat penyimpanan payung-payung untuk para tamu.

Seiring dengan berfungsinya bangunan sebagai kantor Departemen Pertanian dan
Kehakiman (1947) kebiasaan ini mulai ditiadakan. Dalem Poerwodiningratan
juga pernah digunakan sebagai SMP, SMA, SGA dari Yayasan Pendidikan
Tjokroaminoto (sekitar tahun 1950 – 1960).

Poerwodiningratan juga mempunyai urutan ruang seperti halnya bangunan
tradisional Jawa dengan paviliun di sekelilingnya. Paviliun kini ditinggali
oleh keluarga Poerwadiningrat.

Dengan dasar (warah/petuah) filosofi dari PB X bahwa " Budoyo Jowo iku ora
bedo karo pusoko kadatone, Lamun dipepetri bakal hamberkahi nanging lamun
siniosio bakal tuwuh haladipun" yang kurang lebih berarti budaya jawa itu
sama dengan pusaka keraton jika dihormati akan memberi berkah, namun jika
disia-sia akan memberi hukuman. Untuk itu setiap malam Jum’at dalem
pringgitan diberi sesajen dengan persyaratan- persyaratan tertentu. Demikian
pula pada tanggal 1 bulan jawa dan setiap tahun pada bulan Sapar untuk
memperingati berdirinya bangunan tersebut.

Layaknya bangunan kuno di Jawa, pada bangunan ini sering terjadi hal-hal
aneh yang bersifat mistik terutama bila sesajen lupa disajikan di dalam
pendopo.

Rumah Sakit Kadipolo

TERLETAK di jalan Dr. Radjiman W. dengan lahan seluas + 2,5 Ha. Didirikan
pada masa pemerintahan Paku Buwono X.

Pada mulanya bangunan ini dibangun khusus untuk poliklinik para abdi dalem
kraton.

Karena masalah biaya, pada tahun 1948 pengolahannya diserahkan kepada PEMDA
Surakarta disatukan dengan pengolahan Rumah Sakit Mangkubumen dan Rumah
Sakit Jebres. Namun dengan syarat bahwa keluarga kraton dan pegawai kraton
yang dirawat di rumah sakit tersebut mendapat keringanan pembiayaan. Tahun
1960 pihak keraton menyerahkan Rumah Sakit Kadipolo sepenuhnya termasuk
investasi bangunan berikut seluruh pegawai dan perawatnya kepada PEMDA
Surakarta.

Tanggal 1 Juli 1960 mulai dirintis penggabungan Rumah Sakit Kadipolo dengan
Rumah Sakit Jebres dan Mangkubumen di bawah satu direktur yaitu dr. Sutedjo.
Kemudian masing-masing rumah sakit mengadakan spesialisasi, RS. Jebres untuk
anak-anak, RS. Kadipolo untuk penyakit dalam dan kandungan serta RS.
Mangkubumen untuk korban kecelakaan.

1 Agustus 1976 diadakan pemindahan pasien dari RS. Kadipolo ke RS.
Mangkubumen sebagai persiapan berdirinya SPK (Sekolah Pendidikan
Keperawatan) . Pemindahan pasien selesai sampai awal April 1977.

24 April 1977 SPK resmi berdiri dengan menempati bangunan RS. Kadipolo.

Kampus SPK hanya bertahan 5 tahun karena Februari 1982 DepKes Pusat
memerintahkan untuk mengosongkan RS. Kadipolo untuk pindah ke kawasan
Mojosongo.

Sejak Tahun 1985 bangunan tersebut menjadi milik Arseto sebagi tempat tingal
dan mess bagi para pemain Arseto Solo. Namun kini sebagian besar bangunan
dibiarkan kosong tak terawat.

Bank Indonesia

Dulu bernama Javasche Bank. Merupakan kantor cabang karya arsitek Hulswit,
Fermont dan Ed. Cuipers dengan standart gaya neoklasik.
Sekelompok pemuda pernah menggunakan gedung ini untuk menculik PM. Syahrir
pada masa revolusi.

Kantor Pertani

Berdiri tahun 1908 sebagai bangunan rumah tinggal seorang bangsawan Tionghoa
yang dekat dengan kerabat Keraton. Pernah digunakan sebagai tempat usaha
batik oleh pedagang Laweyan. Tahun 1978 dialihfungsikan sebagai kantor PT.
Pertani yang melayani bidang administrasi perkantoran. Mempunyai banyak
kesamaan detail arsitektur dengan Gedung Veteran, Loji Gandrung dan Bekas
Kantor DPU.

Gedung Veteran

Dikenal dengan sebutan Gedung Lowo. Awalnya bangunan digunakan sebagai rumah
tinggal bangsawan/pejabat Belanda. Tahun 1945 dihuni oleh keluarga
kebangsaan China bernama Djian Ho. Gedung ini terletak di Jalan Slamet
Riyadi dengan bentuk khas arsitektur kolonial untuk sebuah bangunan rumah
tinggal.

Setelah merdeka gedung ini diserahkan kepada Pemerintah Indonesia dan
digunakan sebagai Gedung Veteran. Pemugaran besar yang berarti tanpa merubah
bentuk asli bangunan pernah dilakukan pada tahun 1983 - 1985.

Pengadilan Tinggi Agama

Awalnya bangunan ini dipergunakan untuk rumah tinggal. Sejak tahun 1938
digunakan sebagai Kantor Departemen Agama dan Pengadilan Tinggi Agama.
Ornamen bangunan bergaya Arab-Kolonial.

Bangunan bergaya arab terlihat dari penggunaan kubah lengkung yang dihiasi
kaca dan berbagai ukiran kaligrafi. Bangunan ini terletak di jalan Slamet
Riyadi Surakarta


Vihara Am Po Kian

Didirikan tanggal 24 Agustus 1875 dan mengalami perbaikan pada tanggal 14
Agustus 1944. Dulu merupakan bangunan kuil milik seorang bhiksu dengan adu
ilmu akhirnya bangunan ini dapat dikuasai oleh Kyai Ageng Henis (Kakek dari
Raja-raja Mataram) dan diubah fungsikan menjadi masjid. Di dalam kawasan ini
pula Kyai Ageng Henis beserta keluarganya dimakamkan. Pada halaman tengah
makam terdapat pendapa tempat menikahkan raja pada masa kerajaan Kartasura.
Saat ini tempat tersebut digunakan sebagai tempat persiapan
ziarah/istirahat.

Vihara Avalokitheswara

Tempat Ibadah umat Budha, dibangun sekitar abad ke 16. Sangat dipengaruhi
oleh arsitektur Cina.

Gereja Katholik Antonius

Gereja tertua di Surakarta didirikan tahun 1905. Memiliki skala bangunan
yang besar. Bangunan ini belum pernah berubah bentuk dan fungsinya.

Pamardi Poetri

Berdiri Januari 1927 atas prakarsa pemerintahan Kasunanan. Merupakan
bangunan HIS ( Hollandsch Inlandsch School ) Pamardi Putri. Semula digunakan
untuk putri kerabat dekat kasunanan.Sebuah bangunan yang berfungsi sama
namun digunakan untuk lelaki bernama Gedung Ksatriyan.

Broederan Poerbajan

Bruderan Purbayan merupakan tempat pendidikan sekaligus asrama bagi para
Bruder. Didirikan pada jaman penjajahan Belanda tahun 1921/1922.

Brigade Infanteri

Gedung Brigade Infanteri merupakan bangunan yang dibangun untuk melengkapi
kompleks benteng pertahanan Vastenburg.

Kantor Kodim

Terletak di Jalan Slamet Riyadi Surakarta . Bangunan ini berkaitan erat
dengan Loji Gandrung sebagai rumah komandan Pasukan Belanda dan Benteng
Vastenburg sebagai pusat pertahanan tentara Belanda di wilaya

Selasa, 18 November 2008

Sejarah sebagai ilmu multidimensional


Sejarah atau dalam bahasa Inggrisnya "History", merupakan ilmu murni (Pure Science) yang bersifat multi-dimensional, sebab dalam sejarah yang diajarkan di sekolah menengah, juga membahas tentang jenis-jenis sejarah, antara lain:

1. Sejarah Ekonomi.
2. Sejarah Sosial/Sosiologi.
3. Sejarah Politik.
4. Sejarah Kebudayaan.
5. Sejarah Seni/ Kesenian.
6. Dan sebagainya.

Setiap ilmu mempunyai sejarah kemunculannya atau lahirnya, sehingga memunculkan tokoh-tokohnya yang sebagian atau semua dianggap sebagai Bapak Ilmu dari bidangnya masing-masing.
Sejarah sebagai ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa masa lalu yang penting dalam kehidupan manusia atau masyarakat atau orang banyak. Bukan sebagai peristiwa masa lalu yang tidak perlu dipelajari, sehingga pelajaran sejarah sering dianggap tidak perlu dipelajari untuk jurusan atau bidang-bidang tertentu di sekolah dasar dan menengah. Disini peran kurikulum sangat penting untuk memberikan jam sejarah di sekolah-sekolah secara proporsional, mengingat adanya pepatah yang mengatakan: " Bangsa yang besar, adalah bangsa yang tahu akan sejarah, terutama sejarah bangsanya".
Apalagi Sejarah mempunyai syarat harus ada sumber, bukti, dan faktanya. Selain itu dalam mempelajari Sejarah harus mengetahui dan menerapkan dimensinya, yaitu: mempelajari peristiwa masa lalu dengan membandingkan untuk masa sekarang baik segi positif maupun negatifnya, dan sebagai landasan untuk mempersiapkan kehidupan masa yang akan datang. Tentu saja dengan tidak mengulang lagi peristiwa yang negatif, tetapi harus mengembangkan segi-segi positifnya.

Presiden Pertama RI, Bung Karno (Ir. Sukarno) pernah mengajarkan dalam pidatonya dalam yang berjudul "Jasmerah", artinya: "Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah".
Indonesia pernah menjadi negara besar yang disegani, bahkan ada yang mengatakan sebagai "Raksasa Muda", mengingat perjuangan dan eksistensi bangsa Indonesia perlu diperhitungkan, baik dari sejarah perjuangannya, kekayaan alamnya, maupun andilnya di dunia Internasional.
Konferensi Asia-Afrika diselenggarakan di Bandung, Indonesia sebagai embrio dari negara-negara Non Blok waktu itu. Sehingga eksistensi Indonesia sangat diperhitungkan oleh negara-negara di dunia.

Setiap berbicara tentang sejarah, pasti kita akan membahas dari berbagai macam segi kehidupan. Sebagai contoh mudahnya dapat kita ambil dari 7 unsur kebudayaan yang universal, terdiri dari:
1. Sistem Kepercayaan dan religi.
2. Sistem Organisasi sosial dan kemasyarakatan.
3. Sistem Ekonomi dan Mata Pencaharian.
4. Sistem teknologi atau peralatan.
5. Sistem Pengetahuan.
6. Sistem Kesenian.
7. Sistem Bahasa.

Sejarah semestinya mengacu pada unsur-unsur tersebut, hanya seringkali seseorang menulis sejarah dengan dengan sudut pandangan tertentu atau mengambil spesifikasi sendiri. Hal ini tentu saja juga sesuai dengan adanya jenis-jenis sejarah tersebut di atas.

Mari kita renungkan dengan hati yang tenang, pikiran yang jernih, dan lapang dada bagaimana memberikan pengajaran sejarah pada tunas-tunas bangsa agar bisa menghargai kehidupan masa lalu, untuk diterapkan masa sekarang sesuai dengan Era Globalisasi, dan bagaimana menyiapkan kehidupan yang akan datang agar kehidupan umat manusia lebih baik dari masa-masa sebelumnya.


RBM. Sutartomo
Palembang, Nov'08

Minggu, 16 November 2008

SEJARAH INDONESIA


Sejarah adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan manusia, yang terjadi di masa lalu, untuk dianalisis pada masa sekarang, dan dapat dipakai sebagai dasar langkah-langkah untuk masa depan, agar hal-hal yang kurang baik jangan terulang dan hal-hal yang baik perlu kita kembangkan.
Sejarah terbagi menjadi 2 (dua),yaitu:
1. Masa sebelum mengenal tulisan ( Prasejarah )
2. Masa setelah mengenal tulisan ( Sejarah )

Sejarah Indonesia menulis.

Masa Prasejarah:
Berdasarkan fosil yang ditemukan di Sangiran, aliran Bengawan Solo, dan tempat-tempat lain, sepertinya Indonesia punya manusia tertua di dunia dengan ditemukan Meganthropus Palaeojavanicus dan Pithecanthropus Erectus. Sedangkan yang sudah dianggap cerdas adalah Homo Soloensis, Wajakensis, Mojokertensis, dapat kita bandingkan dengan fosil-fosil di negara lain, seperti: Sinanthropus Pekinensis, Neanderthalensis, Hiedelbergensis, Cromagnon.
Untuk sementara wilayah Indonesia boleh dikatakan terdapat manusia tertua di dunia berdasarkan fosil yang ditemukan berdasarkan asal-usul manusia dari fosil yang telah ditemukan. Tapi tentang keakurasiannya, perlu diteliti lebih lanjut terutama oleh para pakar yang terkait di bidang ini.
Bagaimana membayangkan daerah Sangiran yang terletak di tengah P. Jawa (Jawa Tengah, sebelah utara kota Solo/Surakarta) menyimpan banyak fosil, mulai dari binatang laut, binatang purba, sampai fosil-fosil manusia. Masyarakat setempat sering mengatakan dengan "Balung Buta" (tulang raksasa), setiap hujan lebat di lembah Sangiran sering terjadi erosi dan mengeluarkan fosil-fosil tersebut, sehingga banyak menjadi buruan para penduduk setempat maupun orang-orang yang berkepentingan, semenjak para kolektor atau arkeolog menjanjikan sejumlah uang untuk setiap fosil yang ditemukan.
Walau daerah tersebut sudah menjadi daerah Suaka Budaya, tapi pencurian fosil terus berlanjut.
Orang cenderung menjual fosil yang ditemukan dari pada menyerahkan kepada pemerintah atau Balai Arkeologi, hal ini tentu ditunjang dengan kurangnya pengetahuan mengenai arti peninggalan sejarah bagi bangsa Indonesia. Selain itu, tentu nilai uang yang perlu menjadi perhatian dari berbagai pihak, mengingat kesejahteraan bagi bangsa atau masyarakat Indonesia yang masih banyak berada di bawah garis kemiskinan.

Selain itu, nenek moyang bangsa Indonesia sudah mempunyai budaya yang tinggi dilihat dari Tradisi Sejarah sebelum mengenal tulisan, seperti: Folklore, Mitologi, Legenda, Upacara-upacara Tradisonal, dan Nyanyian-nyanyian Rakyat. Di dalam hal-hal tersebut sudah terkandung nilai sosial budaya yang tinggi demikian juga dari segi filsafatnya.

Masa Sejarah:
Masa ini dapat dibagi menjadi beberapa periode, seperti:
1. Masa Awal
2. Masa Hindu- Budha
3. Masa Islam
4. Masa Kolonial
5. Masa Kemerdekaan
dari periode-periode tersebut dapat dibagi lagi menjadi masa-masa tertentu yang lebih rinci lagi, seperti Masa Kolonial terbagi atas: Masa VOC, masa kolonial Belanda dan Jepang. Masa Kemerdekaan terbagi menjadi masa Orde Lama, Orde Baru, Reformasi dan sebagainya.

Penulisan sejarah masa ini harus sangat teliti, sebab banyak bukti-bukti tertulis yang dapat dibaca dan dianilisis, jadi jangan sampai terjadi adanya "Kebohongan Sejarah", sebab sejarah merupakan ilmu yang faktual, maka sejarah tidak boleh direka-reka, tetapi harus dijelaskan baik positif maupun negatifnya.

Indonesia sudah mempunyai 5 jilid Sejarah Nasional Indonesia, tapi masih perlu dikaji lebih lanjut dan dikembangkan, serta direvisi hal-hal yang tidak cocok dengan fakta sejarah. Ini Pekerjaan Rumah bagi para Arkeolog dan Sejarawan Indonesia yang utama.

"Bangsa yang Besar, adalah bangsa yang tahu akan sejarah bangsanya".

RBM. Sutartomo
Palembang, Medio Nov ' 08

Senin, 03 November 2008

Kerajaan SRIWIJAYA GO PUBLIK...



Tembok besar Cina warisan 2 dinasti, Colloseum dan  Amphiteater warisan Romawi dan Yunani kuno, Piramide dan Spinx warisan para Firaun di Mesir, dan sebagainya merupakan kebanggaan negara-negara tersebut sebagai warisan budaya bangsa dan dapat menjadi obyek wisata yang menarik para wisdom dan wisman untuk mengunjunginya. Ini berarti aset negara dalam mendatangkan devisa negara.

Sriwijaya, merupakan kerajaan besar di Nusantara yang hidup sejak abad ke 7 sampai abad ke 14 dengan wilayah yang cukup luas dan maju sesuai dengan zamannya. Bahkan I Tsing yang belajar agama Budha ke India dan mampir ke Sriwijaya sangat terkesan dan minta ijin pada pada Kaisar untuk memperdalam agama Budha ke Sriwijaya , karena Sriwijaya telah mempunyai pusat pendidikan tinggi Satyakirti yang diasuh para guru besar Cakyamuni. Hebat kan..!

Nah...coba kita tengok peninggalan kerajaan Sriwijaya sekarang ini, antara lain:
  1. Situs Pasemah, Pagar Alam , Lahat yang meninggalkan beberapa warisan budaya ang berupa patung-patung dan Kubur Batu Besar (Megalithikum) yang telah menghiasi gambar-gambar buku sejarah di dunia.
  2. Situs atau Taman Sriwijaya di desa Karanganyar, Palembang yang telah diresmikan Presiden Suharto sebagai pusat kerajaan Sriwijaya.
  3. Taman Bukit Siguntang di Bukit Besar, Palembang yang berkonotasikan Prasasti Sriwijaya, tetapi disitu ada makam Putri Kembang Dadar sebagai Putri Kesultanan Palembang (Kerajaan Palembang Islam).
  4. Museum Bala Putera Dewa, di Km 5,5 Palembang sebagai museum yang menyimpan replika-replika prasasti Kerajaan Sriwijaya.
  5. Dan sebagainya.
Obyek-obyek tersebut dapat dikemas sedemikian rupa, sehingga menjadi obyek wisata yang menarik bagi para Wisdom dan Wisman untuk mengunjunginya. Tentu saja juga dipadukan dengan obyek-obyek lainnya diluar peninggalan Kerajaan Sriwijaya.
Mengapa tidak?
Alam dan Warisan Budaya Indonesia sebenarnya tak kalah dengan obyek-obyek wisata di negara-negara lain, hanya kita perlu lebih teliti agar kemasan obyek wisata ini menjadi menarik dan dikelola secara profesional, sehingga layak untuk dikunjungi para Wisdom dan Wisman.

RBM. Sutartomo
Solo - Palembang

Minggu, 02 November 2008

SRIWIJAYA


Nama Sriwijaya sudah melegenda dan terkenal sebagai Kerajaan besar di Nusantara sejak abad ke 7 sampai abad ke 14. Suatu kerajaan yang bernafaskan agama Budha dan banyak disinggahi para musafir dan pedagang saat itu. Bahkan nama tersebut dipakai sebagai nama Universitas Negeri di kota Palembang yang dianggap sebagai pusat kerajaan Sriwijaya, nama klub sepakbola yang mengambil base-camp di Palembang juga mengambil nama tersebut yaitu SFC (Sriwijaya Football Club) dan berhasil sebagai Duo Winner: Juara Liga dan Juara Champion
Nasional.

Nah...Bisakah nama Sriwijaya mempunyai nilai jual  untuk menyedot para Wisman dan Wisdom untuk datang ke Bumi Sriwijaya, Palembang 
dan Sumatera Selatan pada umumnya?
Obyek Sejarah umumnya sebagai obyek Pariwisata/Tourism bagi suatu negara, sebab hal ini dapat mendatangkan Devisa Negara dan secara otomatis 
dapat mendongkrak kesejateraan masyarakat setempat dan Indonesia pada umumnya.

Mari kita Simak peninggalan-peninggalannya:
  1.  Situs Pasemah di Pagar Alam, Lahat, selain ada bukti Batu Kubur Megalithikum, juga ditemukan beberapa arca.
  2. Museum Balaputera Dewa, di Km 5,5 ditata secara maksimal dan profesional, karena dapat menyajikan Replika-replika Prasasti Kerajaan Sriwijaya.
  3. Taman Bukit Siguntang, di daerah Bukit Besar dengan mengembalikan atau menyinkronkan antara nama Bukit Siguntang sebagai Prasasti kerajaan Sriwijaya dengan Makam Putri Kembang Dadar dari Kasultanan Palembang.
  4. Situs atau Taman Sriwijaya di desa Karanganyar, Palembang, ditata, dirawat dan disajikan secara profesional sehingga menjadi tempat yang indah dan menarik, sehingga para wisatawan dapat informasi tentang kerajaan Sriwijaya yang Besar pada zamannya.
  5. Dan sebagainya.
Obyek-obyek dan situs kerajaan Sriwijaya tersebut dapat dikemas sebagai Paket Pariwisata dan digabungkan dengan obyek-obyek sejarah lainnya serta dipadukan dengan obyek/tempat-tempat hiburan yang menarik, bersih, dan aman, sehingga menimbulkan rasa keingintahuan para wisatawan untuk datang ke Palembang dan Sumatera Selatan pada umumnya.

Ini bukan program yang mudah, tapi perlu dikancah terlebih dahulu dan dipersiapkan secara matang beserta dampak positif dan negatifnya, sehingga dapat ditemukan solusi yang baik agar Palembang dan Sumatera Selatan benar-benar sebagai obyek wisata yang dikelola secara profesional dan menarik untuk dikunjungi.

Nah...bagaimana cara mengemasnya sebagai daerah kunjungan wisata adalah hal yang perlu disiapkan, dicermati, dan dikelola secara profesional, sebab Indonesia pada umumnya mempunyai obyek wisata yang lebih indah dari negara-negara lain, baik dari segi alamnya maupun sejarahnya!

RBM. Sutartomo
Solo - Palembang

KERAJAAN ISLAM PERTAMA DI NUSANTARA



Dari berbagai buku pedoman sejarah untuk pendidikan di sekolah, mayoritas mencantumkan Kerajaan Samodera Pasai di Aceh sebagai kerajaan Islam pertama di Nusantara yang berdiri tahun 1280 M.
Bahkan ada data tempat-tempat berkembangna Islam di Nusantara, sebagai berikut:
  1.  Samodera Pasai 1280
  2. Ternate 1460
  3. Jepara 1460
  4. Demak 1460
  5. Aceh 1500
  6. Padang 1500
  7. Banten 1525
  8. Cirebon 1525
  9. Banjarmasin 1580-1588
  10. Makasar 1600
Nama Kerajaan Perlak (Peureulak) tidak disebut-sebut, padahal bukti menunjukkan, antara lain:
  1. Abad ke 6 sampai abad ke 12 terjalin hubungan dagang antara Arab dan Perlak.
  2. Perkawinan antara Sultan Malik al Saleh dengan Puteri Ganggang Sari (dari Perlak) puteri dari Sultan Perlak Muhammad Amin Syah berkuasa sejak 1225-1263 M.
  3. Kitab Hamzah Fansuri, Syekh Syamsuddin as-Sumaterani, kitab Tarikh Salatin Gujarat.
  4. dan sebagainya.
Demikian juga catatan perjalanan dari Marcopolo dan Ibnu Battutah, Laksmana Cheng Ho dan sebagainya perlu dicermati,  juga proses Islamisasi para Wali Sanga di Nusantara.
Marilah kita coba untuk lebih  bijaksana dalam mengamati dan menganalisis sumber-sumber sejarah yamg baik dan benar. Sebab penulisan sejarah harus benar-benar ada fakta, bukti, dan sumber-sumbernya.

Jangan kita buat sejarah untuk kepentingan golongan tertentu, apalagi untuk kepentingan politik 
atau pribadi. Sejarah haruslah bersifat faktual dengan segala bukti-buktinya yang didapatkan dari sumber-sumbernya yang terkait dan relevan.  

Kamis, 30 Oktober 2008

Wali Songo


Dalam sejarah Islamisasi di Indonesia yang ditulis dibuku-buku pelajaran panduan Sejarah, banyak ditulis penyebarannya melalui para Wali. Kata Wali berasal dari bahasa Arab yang berarti "sangat tinggi" yang banyak pula diartikan sebagai rasul. Umumnya banyak dituliskan penyebaran agama Islam di Nusantara dilakukan oleh "Wali Sanga" yang dapat diartikan sebagai sembilan Wali, bahkan ada yang langsung menyebutkan nama-nama sembilan wali tersebut, yaitu:
  1. Syekh Maulana Malik Ibrahim
  2. Sunan Giri
  3. Sunan Muria
  4. Sunan Ampel
  5. Sunan Kudus
  6. Sunan Drajad
  7. Sunan Bonang
  8. Sunan Kalijaga
  9. Sunan Gunung Jati
Nama Syekh Siti Jenar disebutkan sebagai Wali yang terkenal dengan ajarannya "Manunggaling Kawula Gusti" atau "Bersatunya Manusia dengan Tuhan". Dalam ajarannya banyak memasukkan hal-hal yang gaib dan mistik, hal ini dianggap dapat menyesatkan bagi para pengikutnya, maka Wali-wali lainnya meminta Syekh Siti Jenar untuk mencabut ajarannya.
Konon kabarnya beliau tak mungkin dapat mencabut ajarannya, maka dengan rela Syekh Siti Jenar dibunuh oleh wali-wali lainnya, supaya ajaran yang dianggap sesat itu tidak berkembang dan berdampak negatif dalam pengajaran dan penyebaran agama Islam.

Selain itu nama Wali Sanga bukan hanya nama sembilan Wali di atas, tetapi setiap ada Wali yang meninggal, maka akan digantikan oleh Wali 
lainnya agar tetap genap ada Sembilan orang Wali Utama dalam proses Islamisasi di Nusantara 
atau Indonesia ini.
Entah mengapa harus dengan angka sembilan, sampai sekarang belum dapat diketahui apa maknanya dan maksudnya yang sebenarnya. Apakah angka Sembilan dianggap nilai yang tertinggi? Penulis tidak berani menyimpulkan!

RBM. Sutartomo

Rabu, 29 Oktober 2008

SERANGAN UMUM 1 MARET


Demi eksistensi Kaemerdekaan Indonesia, Bung Karno berjaga-jaga dengan memindahkan Ibu kota dari Jakarta ke Yogyakarta, serta Membuat PDRI ( Pemerintahan Darurat Republik Indonsia di Sumatera Barat. Sebab apabila RI jatuh ke tangan Belanda melalui Agresi Militer-nya  baik Agresi Pertama dan ke`dua, maka Indonesia akan terjajah kembali dan harus memperjuangkan Kemerdekaan RI dari Nol Lagi.

Betul, Jakarta jatuh ke tangan Belanda dan juga terus berusaha menguasai daerah Indonesia secara lambat laun dan menyerang Yogyakarta pula. Ini sangat membahayakan RI sebagai negara yang Merdeka.
Atas prakarsa Sri Sultan Hamengku Buwana ke IX, disusunlah serangan ke Yogyakarta untuk merebut kembali kota Yogyakarta untuk menunjukkan kepada dunia Internasiona bahwa RI dan militer Indonesia masih ada. Sebagai pelaksana serangan adalah Tentara Nasional Indonesi yang waktu itu dipimpin Oleh Letkol Suharto (Presiden RI yang ke dua, sebenarnya ke empat, setelah Mr. Asaat, presiden RI dalam RIS dan .....?...  Presiden PDRI-->> Pemerintahan Darurat Republik Indonesia )
Serangan ini terkenal sebagai dengan nama "Serangan Umum 1 Maret", sehingga eksistensi RI sebagai negara Merdeka masih diakui oleh dunia, bukan berjuang lagi untuk memperoleh Kemerdekaan akibat Agresi Militer Belanda I dan II ( Clasch I dan II ).
Peranan Sri Sultan Hamengku Buwana sangat penting, karena berani melindungi Tentara RI dari serbuan Jendral Spoor yang mau membalas dndam akibat Serangan Oemoem 1 Maret tersebut. Jendral Spoor tidak berani memaksa Sri Sultan untuk menyerahkan Tentara RI yang berlindung di dalam Kraton Yogyakarta.

Dari peristiwa tersebut, sangat layaklah Sri Sultan Hamengku Buwana IX langsung diangkat sebagai Pahlawan Nasional, begitu beliau wafat.
Beliau berani berkata kepada Jendral Spoor : "Langkahi mayat saya, bila anda berani memasuki Kraton saya!". Maka selamatlah para tentara dan pejuang-pejuang kita serta Indonesia yang tetap tegak Merdeka.

RBM. Sutartomo

Selasa, 28 Oktober 2008

KASUNANAN PAKUBUWANA HADININGRAT


Sejarah telah menulis, setelah kerajaan/Kraton Kartosuro berhasil diterobos oleh pembrontakan Cina, maka pamor kraton dianggap telah pudar. Maka diperintahkan kepada para pinisepuh yang mengetahui tempat baru yang cocok untuk menggantikan Kraton yang baru. Tentu saja dengan 
berbagai pertimbangan, termasuk hal-hal yang bersifat magis. Akhirnya terpilihlah Desa Sala (sehingga menjadi kota Solo, Jateng) yang
berupa rawa-rawa. Maka menurut konon cerita rawa-rawa tersebut ditibun dahulu dengan batangan-batangan pohon,supaya dapat dibangun Kraton yang baik dan tidak di atas rawa-rawa.
Bila kita ingat akan hal tersebut, maka Solo merupakan daerah yang rendah dan rawan banjir, bahkan pernah terjadi banjir beberapa kali, diantaranya yang terbesar tahun 1960-an, karena di daerah pusat perkotaan terendam sampai 3 meteran. Dulu batas banjir ditandai di tembok penjara jalan Slamet Riyadi, Solo. Entah karena apa tanda tersebut akhirnya dihilangkan.

Nah...Akhirnya Berdirilah Kraton Surakarta Hadiningrat pengganti Kraton Kartosuro yang terkenal dengan Untung Suropati-nya. Masyarakat Indonesia pasti tak mengenal lagi kraton Kartosuro Hadiningrat, karena sekarang tinggal puing-puing tembok batu bata yang cukup lebar dan kuat sebagai saksi bisu keberadaan Kraton tersebut membentengi Makam-makam keturunan Kraton, diantaranya Selir Raja yang bernama Sedah Merah yang terkenal kecantikkannya yang sampai sekarang dikeramatkan dan dianggap "wingit" (angker dan magis).

Kraton Surakarta Hadiningrat diperintah oleh seorang raja yang bergelar Sunan Pakubuwono Hadiningrat sebagai penguasa Kerajaan Mataram Islam sampai akhirnya nanti dipecahbelah oleh penjajah  Belanda dalam perjanjian Giyanti (?) melalui politik "devide et Impera"-nya, sehingga di belah menjadi Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Bahkan politik itu terus berlangsung dengan memecah belah kedua kraton tersebut masing-masing jadi dua lagi.(Perjanjian Salatiga??)
Surakarta dipecah menjadi Kasunanan dan Mangkunegaran, Ngayogyakarta menjadi Kasultanan dan Paku Alaman.
Tentu Politik devide et impera itu dijalankan agar ada pihak Kraton yang memihak pada penguasa penjajahan Belanda. Tragis memang, mengapa bangsa kita dari dulu sampai sekarang mudah sekali di adu domba oleh pihak-pihak yang berkepentingan untuk memancing di air keruh?

Dalam perjalanan Kraton Surakarta Hadiningrat sampai sekarang diperintah oleh Sunan Paku Buwana yang ke 15 mengalami liku-liku kehidupan, penuh dengan intrik-intrik pro dan kontra.
Tak ada keistimewaan Kraton tersebut untuk memerintah daerah secara khusus dalam melestarikan budaya bangsa, bahkan tanda-tanda silang sengketa mulai mewarnai siapa yang berhak memerintah di Kraton tersebut karena Pemerintah ikut serta dalam pemilihan Sunan di Surakarta. Hingga kini Kraton tersebut memiliki Dua Sunan, Pilihan Pemerintah dan pilihan anggota keluarga Kraton. Mana yang lebih berhak dan resmi memerintah dan berkuasa?
Biarlah waktu yang akan menentukan!

Senin, 27 Oktober 2008

Sumpah Pemuda 2008


Bila kita kenang 80 tahun yang lalu, betapa hebat semangat kaoem moeda Nusantara..
Berani mencanangkan Soempah Pemoeda ditengah-tengah penjajahan bangsa lain..
Soempah Pemoeda :
" Satoe Noesa
   Satoe Bangsa
   Satoe Bahasa"
"Indonesia"

Beranikah Generasi muda sekarang mencanangkan semangat seperti itu sesuai dengan zaman dan kondisinya?
Apa masalah bangsa Indonesia sekarang ini?
Masalah keterpurukan kaum miskin yang tak terperhatikan kita semua..
Kelaparan..
Penggusuran...
Pengangguran..
Pendidikan..
Kesejahteraan..
Keamanan..
Kenyamanan..
dan sebagainya.
Siapa yang mau dan akan memikirkannya?
Wahai Generasi Muda Bangsa Indonesia, Sadar dan Bangkitlah..
Berjuang untuk memerangi itu semua...
Tanpa kata...
Tanpa kerusuhan..
Tanpa kekerasan...
Sehingga tercapai suatu kebahagiaan bersama yang harmonis..
Apa moto ini hanya impian belaka?
Indonesia sebagai negara yang:
" Gemah ripah, Loh jinawi, Tata tentrem, Kerta Raharja"

Bisa..
Bangsa lain mengatakan:
Indonesia adalah negara yang kaya dan subur, hanya dibutuhkan tangan-tangan yang trampil dan managemen yang baik untuk mengelolanya. Sebagai negara raksasa muda yang harus bangkit dan bangkit... Bukan di alam khayal, tetapi dalam dunia nyata... !

Jangan biarkan negara kita hancur oleh tangan-tangan kita sendiri yang tidak bertanggungjawab dan hanya memikirkan diri atau golongannya sendiri. Tinggalkan hal-hal yang berbau SARA...
Bersatulah untuk membangun dalam arti yang sebenarnya...
Pasti bisa...

Wahai para pemuda/i Indonesia...
Engkau adalah calon penerus pemimpin bangsa.
Siapkan diri kalian untuk semuanya itu, demi tercapainya para pendahulu kita yang yang sudah bersusahpayah memelopori dan memperjuangkan demi tanah dan bangsa Indonesia, mati bersimbah darah, berjuang dan berjuang tanpa perhitungan, tanpa pamrih dan penuh semangat yang tinggi.
Kalian adalah kader-kader bangsa Indonesia, mulailah dengan tekun di bangku sekolah, mulai berinisiatif dan berkreatif di bangku perkuliahan. Padukan otak kiri dan otak kanan kalian, sebab keduanya sangat dibutuhkan di Era Globalisasi ini. Ingatlah akan motto ini:
" Inovatif, kreatif, dan progresif "
Semangat memperbarui, punya ide-ide yang brilian, dan berpikiran maju!
 
Tapi jangan lupakan sejarah bangsa kita, ambil hal-hal yang positif dan tinggalkan hal-hal yang negatif. Jangan malahan mengembangkan hal negatif saja, seperti:
1. Upeti jaman kerajaan-kerajaan dahulu, dikembangkan zaman sekarang untuk menyuap petugas atau pejabat.
2. Memeras rakyat oleh kaum bangsawan untuk kepentingan pribadi, sekarang menjadi budaya 
korupsi di Indonesia.
3. Politik diputarbalikkan dengan mengatas namakan kerajaan, tetapi sebenarnya untuk kepentingan pribadi/ golongan, sekarang justru merajalela.
4. Dan sebagainya.

Mau dikemanakan bangsa ini?

Mengapa tidak meniru seperti di bawah ini?
1. Jendral Sudirman rela berkorban bergerilya untuk melawan penjajah hingga jatuh sakit, demi kepentingan Bangsa Indonesia.
2. Maha Patih Gajah Mada, rela tidak mempergunakan fasilitas, gaji, bahkan tidak beristri demi cita-citanya untuk mempersatukan Nusantara melalui "Sumpah Palapa"-nya.
3. Sri Sultan Hamengku Buwana IX, tokoh Nasionalis sejati dengan memprakarsai ide Serangan Umum 1 Maret tanpa menonjolkan diri sendiri.
4. Bung Karno dan Bung Hatta, rela dibuang dan diasingkan oleh Belanda demi kemerdekaan dan eksistensi bangsa Indonesia di forum dunia Internasional.
5. Ratu Shima dari kerajaan Kalingga, menerapkan hukum dengan baik tanpa pandang bulu, bahkan adiknya sendiri tetap dihukum, karena melanggar peraturan. Hukum terjaga dan dilaksanakan dengan tertib dan bersih.
6. Dan sebagainya.

Kapan kita bangsa Indonesia menerapkan hal-hal yang baik dan positif seperti itu, demi kemajuan, ketertiban, kepastian hukum, keadilan, kesejahteraan, keharmonisan, keamanan, dan sebagainya?
Semua sebenarnya tergantung pada tekad, sikap mental dan moral dalam setiap individu warga Indonesia sendiri.  Saling ada kontrol sosial yang independen agar tercapai suatu keindahan, ketertiban dan keteraturan dalam hidup berbangsa dan bernegara.

"Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani" ajaran dari Ki Hajar Dewantara kini banyak disitir menjadi lain, karena bertolak belakang dari apa yang diinginkan dan dicita-citakan oleh beliau dan malahan berubah menjadi " Ing Ngarsa Nggolek Nama, Ing Madya Ngumpulke Bandha, Tut Wuri Hanjegali " (artinya: Di depan hanya mencari nama, ditengah mengumpulkan harta dengan konsep aji mumpung, di belakang berusaha menjatuhkan orang yang menghalangi tindakan orang yang tak sesuai dengan kehendaknya).
Apakah hal itu tidak menyedihkan?

Tragis kan!?

Marilah kita bangkit dan sadar! Mengapa tidak dari kita sendiri untuk berbuat, bertindak, dan melaksanakan yang terbaik untuk bangsa kita Indonesia?
Jangan takut dikatakan sok pahlawan, sok cari popularitas, dan sebagainya. Asal hati kita tulus dan ikhlas, pasti akan tercapai suatu kepuasan batin dan kenyataan yang uiversal dan berguna untuk sesama, bangsa , dan negara Indonesia kita tercinta.



RBM. Sutartomo
Palembang

Rabu, 22 Oktober 2008

Keajaiban Dunia


Banyak versi yang menetapkan 7 keajaiban dunia dari warisan sejarah dalam kehidupam manusia pada masa lampau, antara lain:
  1. Piramide dan Spinx
  2. Taman Bergantung
  3. Tembok raksasa Cina
  4. Taj Mahal
  5. Candi Borobudur
  6. Colloseum dan Amphiteater
  7. Menara Pisa
  8. Menara Eiffel
  9. Terusan Panama
  10. Terusan Suez
  11. dan sebagainya
Tentu saja semua tergantung pada sudut pandangnya masng-masing dengan menyebut 7 keajaiban dunia. Mengapa tidak 8 atau 10 keajaiban dunia?

Bagi saya pribadi itu tidak menjadi masalah, siapapun yang mau mengemukakan dengan versinya masing-masing, semua merupakan warisan budaya bangsa atau umat manusia yang bersifat adiluhung 
atau mulia sebagai puncak prestasi budaya sesuai dengan zamannya. Hal tersebut perlu kita cermati dan kaji lebih dalam, agar kita sekarang dapat mengembangkan lebih maju lagi sebagai karya manusia yang agung dan monumental.

Selain itu itu manusia sebagai makhluk yang berakal budi harus selalu siap untuk mengembangkan diri 
dan teknologi informasi sesuai dengan perkembangan zaman di Era Globalisasi sesuai dengan bakat dan disiplin ilmunya masing-masing serta berguna bagi umat manusia secara universal, bukan untuk kepentingan pribadi atau golongannya saja. Sebab manusia diciptakan Tuhan sebagai Homo Socius, manusia yang berakal budi dan tidak akan bisa terlepas dari manusia lainnya, karena mempunyai keterikatan satu sama lain dan tak kan mungkin hidup sendiri tanpa manusia yang lain.

Ajaib di mata manusia terbatas pada daya pikir dan kekuatan manusia, sedangkan Karya Tuhan semua ajaib di mata manusia. Itulah Kebesaran dan Keagungan Tuhan. Untuk itu manusia wajib mengembangkan "talenta" yang telah dianugerahkan kepada setiap orang/insan, sehingga tercapai kehidupan yang harmonis dan sejahtera dalam kehidupan di dunia ini.

RBM. Sutartomo.

Jumat, 10 Oktober 2008

Jembatan Ampera Palembang



Jembatan Ampera merupakan jembatan kebanggaan masyarakat Palembang, Sumatera Selatan dan menjadi Trade Mark bagi kota Palembang.
Keberadaan jembatan tersebut sangat penting untuk menghubungkan daerah ulu dan ilir sehingga transportasi menjadi lancar dan otomatis juga memperlancar kehidupan ekonomi. Jembatan Ampera merupakan hadiah Bung Karno bagi masyarakat Palembang yang dananya diambil dari dana pampasan perang Jepang (juga untuk membangun Monas, Jakarta). Dahulu jembatan ini sempat diberi nama Jembatan Bung Karno, tetapi beliau tidak setuju (supaya tidak ada kultus individu), maka nama Ampera lebih cocok sesuai dengan fungsinya sebagai Amanat Penderitaan Rakyat, yang pernah menjadi slogan bangsa Indonesia pada tahun 1960-an.
( Kata Ampera dapat sebagai Nasi Ampera yaitu  nasi murah bagi kaum marjinal/proletar,  juga menjadi perjuangan Angkatan 66 dalam Trituranya)

(Bandingkan foto diatas, antara jembatan Ampera sekarang dan belum lama ketika dibangun)

RBM. Sutartomo
Palembang

Senin, 06 Oktober 2008

Sumber sejarah Lisan



Sumber sejarah dapat berupa sumber lisan atau "tutur", apalagi sebelum mengenal tulisan atau zaman prasejarah yang diwariskan secara turun temurun dari mulut ke mulut dan dari generasi ke generasi berikutnya. Sumber tersebut dalam kurikulun pelajaran SEJARAH di SMA berupa:
  1. Folklore
  2. Mitologi
  3. Legenda
  4. Upacara Tradisional
  5. Lagu atau Nyanyian Rakyat
Sumber tersebut perlu di telaah secara ilmiah dan dihubungkan dengan fakta sejarah. Sebab sumber-sumber lisan tersebut sering bersifat magis, fiktif, dan tersembunyi sesuai dengan tujuan-tujuan tertentu dari pembuat tutur tersebut.
Misalnya:
  1. Legenda Candi Roro Jonggrang (Candi Prambanan), bukan hanya kisah cinta Bandung Bondowoso yang jatuh cinta dengan Roro Jonggrang dengan membuat candi seribu dalam waktu semalam, tetapi Candi tersebut sebenarnya dibuat oleh Rakai Pikatan dari Wangsa Sanjaya yang mencoba merebut kembali kekuasaan dari Wangsa Cailendra dari tangan Bala Putera Dewa pada zaman kerajaan Mataram Hindu - Budha di Nusantara (Indonesia).
  2. Upacara Perkawinan secara adat, sebenarnya untuk melestarikan budaya para raja dan keluarganya dalam melangsungkan tata cara perkawinan yang agung dan sacral, sehingga setiap orang zaman sekarang dapat merasakan keindahan sebuah perkawinan dan merupakan suatu kebanggaan dan kebahagiaan tersendiri dalam kehidupan mereka. Maka muncul pemeo, jadi penganti ibarat sebagai "Raja Sehari".
  3. Nyanyian Sinanggar a Tulo dalam tari Tor-tor di masyarakat Batak , Sumatera Utara mengingatkan sejarah seorang anak raja yang tidak bisa apa-apa, maka diminta pada seorang koreografer agar sang anak tersebut dapat menari, sehingga Tarian tersebut sampai sekarang sangat populer dan penting serta sakral di kalangan masyarakat Batak.
  4. Mitologi Pulau Kemaro di Palembang, dapat diambil sejarah perkawinan antara pemuda Tan Bun An dan Siti Fatimah pada masa kerajaan Islam di Palembang, bukan sekedar Mitologi muculnya pulau tersebut akibat terjunnya kedua suami isteri tersebut ke Sungai Musi untuk mengejar emas yang terbuang ke sungai. Bahkan benarkah pulau tersebut terapung di perairan sungai Musi menurut tinjauan geologis dalam beberapa sumber, perlu diteliti secara ilmiah dengan baik dan benar, sesuai dengan fakta ilmiahnya.
  5. Folklore Joko Tingkir yang menaklukkan 40 buaya adalah cerita sejarah yang disamarkan bahwa Jaka Tingkir atau Sultan Hadiwijaya dari Pajang telah berhasil menaklukkan dan menyadarkan 40 orang kepala daerah yang bersifat seperti "buaya", sehingga sadar dan mau menunjang atau membantu kebesaran Kesultanan Pajang. --> " Sigra milir sang gethek sinangga bajul.....Kawan dasa kang njageni........."
  6. Dan sebagainya.

Untuk itu para pengajar sejarah harus pandai menghubungkan Tradisi Lisan tersebut dalam konteks sejarah dan jangan terjerumus ke dalam pelajaran Bahasa Indonesia maupun Kesenian yang juga mempelajari tradisi lisan tersebut. Maka kita harus pandai-pandai mengambil sikap sesuai dengan bidang pelajaran dan tujuan utamanya masing-masing pelajaran tersebut.

Memang banyak fakta yang sengaja disamarkan atau untuk menunjang kekuasaan para penguasa/raja/sultan agar tetap berwibawa dan menimbulkan kesan mistis di mata para rakyat dan Abdi Dalem (punggawa/pegawai kerajaan). Apalagi hal-hal yang tabu untuk didengar para rakyat jelata,bahkan untuk mengajar setiap orang untuk mengupas faktanya secara arif, bijaksana, dan ilmiah dalam menyikapi sumber lisan atau ceritera "tutur" tersebut.


RBM. Sutartomo
Solo - Palembang

Senin, 29 September 2008

Sendangsono


Bagi yang beragama Nasrani, Sendangsono bukan tempat asing lagi karena merupakan tempat peziarahan untuk Bunda Maria. Tempat ini akan sangat ramai setiap bulan Mei, demikian juga kalau bulan September, karena merupakan bulan Maria.

Terlepas dari itu bila ditelusuri keberadaan Sendangsono yang berada diperbukitan Menoreh, apakah bisa dihubungkan dengan perkembangan agama Hindu di Jawa Tengah..? Suatu saat saya mencoba menelusuri route antara Boro, KulonProgo dan Candi Borobudur. Sebab menurut prediksi saya Boro berasal dari kata Wihara, tempat para Bhiksu tinggal bersama. sebab saya tidak yakin kalau Wihara para Bhiksu hanya di dekat Candi Mendut seperti sekarang ini.
Saya coba berjalan dari desa Boro, Kulon Progo melewati pegunungan Menoreh menuju ke Sendangsono. di Sendangsono terdapat mata air yang sampai sekarang masih terus mengalir. Maka saya berimaginasi, di sinilah para bhiksu atau bhiksuni istirahat melepaskan lelah sambil minum dan membersihkan/menyegarkan diri. Selanjutnya dari Sendangsono, saya coba menyusuri perbukitan ke arah Candi Borobudur. Maka tepatlah jarak antara Boro - Sendangsono - Candi Borobudur sebagai route para Bhiksu dari Wihara menuju ke tempat pemujaan di Candi Borobudur dan Sendangsono merupakan tempat peristirahatan untuk melepaskan lelah dalam perjalanan tersebut. Bukti tersebut baru berdasarkan nama tempat dan jarak yang logis perjalanan para Bhiksuuntuk menjalankan ibadatnya di Candi Borobudur. Sedangkan sumber tertulisnya, mari kita coba cari bersama. Yang jelas hal ini terjadi pada masa kekuasaan Dinasti / Wangsa Cailendra berkuasa di Jawa yang saling bergantian atau berebut pengaruh/kekuasaan dengan Dinasti/Wangsa Sanjaya.

Mengapa sekarang Sendangsono dijadikan tempat peziarahan bagi umat Katholik? Hal ini tidak lepas dari penyebaran agama yang dilakukan oleh Pastor Van Lith di Jawa Tengah. Penduduk disekitar Boro, Dekso, dan Nanggulan mendatangi pastor Van Lith untuk di baptis. Maka setelah melalui proses pelajaran agama dan pendalaman iman, warga desa tersebut dibaptis oleh pastor van Lith di Sendangsono, merupakan mata air yang ada di dekat ke tiga Desa tersebut (Boro, Dekso, dan Nanggulan ).
Menurut cerita dari berbagai versi, Sendangsono merupakan tempat yang angker atau mistis, bahkan ada yang menceriterakan sebagai tempat persembunyian para perampok atau penjahat besar yang "wingit". Siapa saja tidak berani datang ke tempat tersebut, karena akan mati atau gila.
Oleh Pastor Van Lith, sebagai ungkapan rasa terima kasih pada Tuhan, karena telah berhasil membaptis umat, maka tempat tersebut dijadikan sebagai tempat peziarahan, khususnya untuk devosi Munda Maria , sebagai Bunda Yesus yang Suci Murni sebagai perantara doa-doa para umat Katolik untuk memohon pertolongan kepada Bapa dan Putera.

Gua Maria Sendangsono, dahulu merupakan Lourdes bagi bangsa Indonesia yang beriman Nasrani Katholik. Sekarang sudah muncul berbagia gua Maria di seluruh pelosok Indonesia, untuk menghormati Bunda Maria Yang dikandung tanpa dosa asal dan sebagai perantara doa-doa para umat.

Anda tertarik mengenal tempat tersebut?


RBM. Sutartomo
Solo - Palembang

Minggu, 28 September 2008

Keruntuhan kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Indonesia




Keruntuhan kerajaan2 Hindu-Budha di Indonesia menurut beberapa buku Sejarah Indonesia dapat disimpulkan sebagai berikut:
  1. Kerajaan-kerajaan yang kuat akan menguasai kerajaan-kerajaan yang lemah. Ini memang dapat kita lihat faktanya, seperti kerajaan Singasari lemah dan berhasil dikuasai oleh kerajaan Kediri, dan sebagainya. Demikian juga kalau Negara Indonesia lemah, akan d ikuasai oleh negara lain yang lebih kuat dari Indonesia. Penjajahan memang tidak dibenarkan lagi, tapi negara kuat bisa menjajah dari beberapa aspek tanpa harus menguasai daerah negara yang bersangkutan.
  2. Tidak ada kaderisasi dari para pemimpin / raja. Seperti halnya dengan Maha Patih Gajah Mada dan raja Hayam Wuruk, maka kerajaan Majapahit yang besar akhirnya roboh setelah berhasil mempersatukan wilayah Nusantara bahkan sampai ke Asia Tenggara, tetapi masih ada beberapa kerajaan di Nusantara yang belem bisa dipersatukan oleh Majapahit, seperti kerajaan Sunda. Sekarangpun Indonesia akan lemah bila para Pemimpin Bangsa tidak membuat kaderisasi agar generasi selanjutnya dapat menggantikan bahkan lebih maju, progresif, kreatif dan kuat dalam memikirkan keadaan bangsa Indonesia ini. bukan malah egois agar kepandaiannya tidak ditiru dan dikembangkan oleh generasi penerusnya.
  3. Timbulnya perang saudara dalam tubuh kerajaan tersebut. misalnya; perang Bubat dan Paregreg, Pembrontakan Kuti dan Semi, Pembrontakan Bhre Wirabumi, dan sebagainya. Ini sangat melemahkan eksistensi kerajaan. Apakah akan terjadi di Indonesia bila sampai sekarang masih terjadi perbedaan yang menimbulkan konflik akibat adanya pebedaan SARA? Aceh, Timor Timur, Papua, Poso, Ambon, bahkan antar suku, agama, dan golongan saling melecehkan dan terjadi konflik atau bentrok. Mahasiswa antar Fakultas dalam satu Universitas atau antar Universitas masih timbul saling serang/konflik, apakah ini bukan suatu perang saudara yang melemahkan negara Indonesia kita yang tercinta?
  4. Banyak daerah yang melepaskan diri dari pemerintahan pusat. Fakta telah berbicara dalam sejarah Indonesia, kerajaan kecil mulai melepaskan diri dan menjadi negara yang kuat dan bahkan memukul kerajaan induknya. Timor Timur sudah lepas dari NKRI, beberapa daerah sudah menunjukkan tanda-tanda mau melepaskan diri dengan membuat bendera sendiri, bukan Sang Saka Merah Putih. Ini harus selalu kita waspadai dan perlu memperhatikan daerah-daerah dengan pemerataan dan kunjungan-kunjungan ke daerah untuk menemukan problematika yang segera harus dipecahkan atau ditanggulangi. Mental ABS (Asal Bapak Senang) harus dihapus. Kunjungan ke daerah dilakukan secara Sidak (Inspeksi Mendadak) agar tidak ditutupi masalah yang terjadi dan kunjungan ke daerah harus merupakan pelayanan, bukan untuk minta dilayani.
  5. Kemunduran Ekonomi dan Perdagangan. Ini terjadi karena lemahnya perdagangan kerajaan2 waktu itu karena tidak diimbangi dengan armada-armada laut yang kuat untuk perdagangan, padahal Indonesia sangat kaya dengan bahan baku dan barang dagangan ang terkenal dibutuhkan sampai ke luar negara lain. Maka perdagangan dan ekonomi waktu itu mulai dikuasai oleh para pedagang dari Barat (Eropa), India, Arab, Cina, dan sebagainya yang melemahkan perekonomian kerajaan, sehingga kemiskinan akan mempermudah penguasaan dari kerajaan lain. Kita bisa lihat sendiri di Indonesia saat ini, barang impor sangat dominan menguasai perekonomian kita, apalagi para generasi muda lebih senang mengkonsumsi barang, makanan, dan minuman Luar Negeri dari pada mengkonsumsi produk Dalam negeri. Ini mungkin karena gengsi atau bahkan sudah "Luar Negeri Minded". Belum lagi rakyat kecil yang antre BBM (Minyak Tanah), Rakyat antre Zakat Fitrah sampai berdesak-desakan, bahkan ada yang meninggal, dsb. sebaliknya Kaum Bourjuise Shopping dan rekreasi Ke Luar Negeri, Pemegang HPH (hak pengelolaan hutan) kenyataan hanya sebagai HPH yang baru --> Hak Pengrusakan Hutan . Sehingga hutan Indonesia yang ditetapkan PBB sebagai salah satu paru-paru dunia akan rusak, apalagi dengan adanya Illegal Logging dengan dalih menambah Devisa Negara lewat ekspor kayu. Sungguh Tragis!
  6. Dan sebagainya.
Nah... beginilah sebaiknya pengajaran sejarah, sebab sejarah mempunyai 3 dimensi pengajaran; yaitu:
  1. Masa Lampau
  2. Masa Sekarang
  3. Masa yang akan Datang
Sungguh menarik, karena sejarah juga mempunyai Tujuan dan fungsinya dalam pengajaran di dunia pendidikan Indonesia.
Seperti :

Tujuan Pengajaran Sejarah di Indonesia adalah:
  1. Kesadaran akan masa lampau yang baik untuk dikembangkan yang bersifat positif.
  2. Sikap kritiss dan arif dalam menyikapi faka-fakta sejarah.
  3. Memberikan Fakta sejarah yang patut diketahui agar kita bisa membandingkan antara segi positif dan negatifnya, sesuai dengan dimensi sejarah.
Fungsi Pengajaran Sejarah di Indonesia adalah:
  1. Mengajak untuk berpikir Kritis.
  2. Menumbuhkan Rasa Kebangsaan Indonesia.
  3. Rasa Tanggungjaab terhadap warisan budaya bangsanya.
Nah...apa yang yang kita pikir? Mari kita semua sebagai bangsa Indonesia harus segera bertindak, semua demi bangsa dan negara kita, yaitu Indonesia Tercinta.

RBM. Sutartomo

Kerajaan Mataram Islam


Bagi orang awam tidak tahu persis kapan Kerajaan ini berdiri. Sebab Kerajaan Mataram terdiri dari 2, yaitu: Mataram Hindu-Budha dan Mataram Islam. Sebelum politik Devide et Impera Belanda di Indonesia kerajaan Mataram Islam terletak di Kartosuro dan setelah perjanjian Gianti dan Salatiga Mataram Islam terpecah menjadi 2, yaitu Kasunanan Surakarta (Sala/Solo) dan Kasultanan Yogyakarta. Kemudian Solo terpecah menjadi 2, yaitu: Kasunanan dan Mangkunegaran, sedangkan Yogyakarta menjadi: Kasulanan dan Paku Alam-an.

Keraton Kartosuro hampir dilupakan keberadaannya, bahkan banyak masyarakat atau malah para guru sejarah di Indonesia tidak tahu keberadaan Keraton Kartosuro tersebut. Sebenarnya lokasi Keraton tersebut terletak 10 Km di sebelah barat Kota Solo (Surakarta). Sisa dari kerajaan tersebut berupa tembok benteng yang terbuat dari batu bata setebal 1 meter, di dalamnya terdapat sejumlah makam raja dan ratu atau selir, yang terkenal adalah selir Nyi Sedah Mirah (Merah).
Keraton Kartosuro pindah ke Desa Sala ( SOLO/Surakarta) karena berhasil dimasuki dalam pemberontakan orang-orang Cina, maka karena dianggap sudah tidak memiliki kesaktian lagi dicari tempat lain. Berdasarkan berbagai pertimbangan, terutama para ahli pada waktu itu, yang paling cocok adalah desa Sala. Waktu itu merupakan daerah rawa-rawa. Maka setelah diadakan penimbunan dengan tanah dan kayu-kayu, maka berdirilah Kasunanan Hadiningrat Surakarta.

Antara Kartosuro dan Solo terdapat daerah Pajang, dengan makam-makam rajanya yang terkenal dengan Makamhaji (haji=raja).  
Pajang merupakan merupakan kerajaan Islam yang terkenal sezaman dengan kerajaan Demak
 yang saling berebut hegemoni untuk menguasai wilayah Jawa. Sebelah Barat Kartosuro terdapat
 desa Pengging dengan makamnya yang terkenal sebagai tempat peziarahan sampai sekarang,
 bahkan ada tempat mata air yang tiada habis-habisnya, bahkan dijadikan salah satu sumber air PAM negara untuk memasok Air minum di Solo dan sekitarnya.

Sekarang Mataram Islam menyisakan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dengan Mankunegaran-nya dan Kasultanan Ngayogyakarta Hadingrat dengan Paku Alam-nya. Eksistensi kedua keraton tersebut tergantung pada pengelolanya dari pihak keluarga keraton-keraton tersebut. Apakah pamor keraton akan pudar apa tetap akan lestari adalah tanggungjawab keluarga Keraton dan Pemerintah. Seperti Di negara-negara maju masih mempertahankan keraton-keratonnya dan keluarga keraton masih sangat dihormati oleh bangsanya walau sudah memasuki 
zaman/ era Globalisasi, seperti di Inggris, Belanda, Monaco, dan sebagainya.

RBM. Sutartomo
Solo - Palembang

Obyek wisata dan sejarah Palembang, Sumsel


Visit Musi year 2008 tlah bergulir, sampai akhir September 2008 belum menunjukkan tanda-tanda para wisatawan berdatangan ke Bhumi Sriwijaya secara nyata dan terlihat dengan konkret bahwa para wisatawan mulai antusias dengan slogan tersebut.
Mungkin di bawah inikita coba memperkenalkan, obyek-obyek apa yang bisa dikunjungi apabila berada di Palembang dan Sumatera Selatan pada umumnya.
  1. Kompleks Benteng Kuto Besak: Merupakan obyek yang menyatu dengan obyek lainnya. seperti: Museum Sultan Mahmud Badaruddin II, Monumen Perjuangan dalam pertempuran 5 Hari 5 Malam di Palembang, Jembatan Ampera, Kantor Pos Besar, Mesjid Agung, Gedung Leideng (Sekarang menjadi Kantor Pemkot/Walikota Palembang), Pasar 16 Ilir.
  2. Museum Balaputera Dewa (Lokasi Km 5,5): Merupakan Museum Prasasti Kerajaan Sriwijaya yang menyimpan replika2 prasasti kerajaan tersebut, dilengkapi dengan Budaya asli daerah Sumsel, pakaian2 Adat berbagai daerah di Sumsel.
  3. Taman Bukit Siguntang: Tak jauh dari UNSRI atau SMA Negeri 10 Palembang yang terkenal sebagai makam Putri Kembang Dadar. ( pernah dipakai sebagai obyek acara "Dunia Lain" dari salah satu TV Swasta di Indonesia)
  4. Situs Kerajaan Sriwijaya di Karanganyar , terletak diantara Jembatan Musi 2 dan TanggaBuntung Palembang. Telah dibuat Taman dan telah diresmikan oleh Presiden Soeharto sebagai salah satu Situs keberadaan pusat Kerajaan Sriwijaya.
  5. Rumah-rumah Adat daerah Sumsel di Jaka Baring, obyek ini dibangun bersamaan dengan pembangunan Stadion Jaka Baring untuk PON 2002 di Sumsel. Obyek ini bisa dikembangkan seperti Taman Miniatur Indonesia Indah (TMII) Jakarta atau Taman Maerakaca Semarang Jawa Tengah.
  6. Makam Sabuk (Sabo) Kingking.
  7. Makam raja-raja di Cinde
  8. Makam di Candi Walang.
  9. Makam di Naga Sewidak
  10. Danau Ranau, yang mempunyai beberapa Mitos setempat dan merupakan obyek Danau dengan Pemandangan yang sangat Indah.
  11. Air Terjun Si Pahit Lidah, lokasi berada diantara Lahat Pagar Alam.
  12. Situs Sejarah di Pasemah, Pagar Alam dengan peninggalan beberapa Patung dan Kubur Batu Besar yang terkenal di buku-buku Sejarah Indonesia maupun Dunia.
  13. Gereja Katolik tertua di Tanjung Sakti, Pagar Alam.
  14. Bukit Jempol/ Telunjuk di daerah Lahat beserta Sekolah Gajahnya.
  15. Patung-patung Batu menangis di daerah sekitar Lahat yang banyak terdapat di beberapa tempat.
  16. Pulau Kemaro, terletak di perairan Sungai Musi yang sekarang di bangun sebuah Pagoda yang cukup megah sebagai tempat bersembahyang / ziarah. Sebab menurut ceritera atau Mitos, tempat tersebut sangat keramat yang muncul akibat Siti Fatimah dan Bun Liong terjun ke Sungai Musi dan tidak muncul-muncul seta menjelma menjadi pulau tersebut.
  17. Dan sebagainya.
Andai obyek-obyek tersebut dipugar, dirawat, dikelola, didandani, dan di-manage dengan baik pasti akan sangat menarik sebagai obyek/ tempat wisata yang layak dikunjungi para wisman 
maupun Wisdom.

Siapa yang sanggup mengusahakan hal tersebut?

RBM. Sutartomo (Pak Tom)

Jumat, 26 September 2008

Seni Budaya Indonesia


Bila kita wisata ke Bali, pasti akan singgah ke GWK ( Garuda Wisnu Kencana ). Sekarang sudah terbentuk kepala Dewa Wisnu dan Garudanya. Nah kita bisa membayangkan andaikan sudah jadi, pasti kita punya monumen yang tertinggi di dunia melebihi Patung Liberty di USA.
Ditambah dengan pahatan relief-relief yang dibuat di tebing-tebing karangnya, pasti akan menjanjikan pesona keindahan tersendiri. Dilengkapi dengan Gallery dan bangunan-bangunan penunjang lainnya.

Budaya seni bangsa Indonesia memang sudah diakui oleh dunia, bahwa kita mempunyai local genius yang setara dengan bangsa lain yang sering dikatakan lebih maju. Banyak contoh seperti:
  1. Raden Saleh yang diejek para pelukis Belanda yang lukisan bunganya bisa mengecoh kupu-kupu, tapi akhirnya lukisan Raden Saleh malahan mengecoh manusia.
  2. Candi Borobudur termasuk warisan budaya dunia yang harus dilindungi dan oleh PBB dianggap sebagai World Heritage.
  3. Rumah anti gempa pasca gempa di Yogyakarta yang dipamerkan oleh beberapa negara tetangga, sebenarnya rumah-rumah adat atau asli bangsa Indonesia jelas telah terbukti tidak roboh oleh adanya gempa.
  4. Musik dan lagu-lagu asli Indonesia, jugamengandung filsafat dan penuturan (pendidikan) yang sangat tinggi.
  5. Tari-tarian asli atau daerah Indonesia yang begitu indah mempesona bagi para wisatawan mancanegara.
  6. Dan sebagainya.
Tapi Mengapa bangsa Indonesia tidak bangga dan terus mengembangkan yang lebih tinggi?
Bahkan merasa terbelakang kalau mencintai dan melakukan seni budayanya sendiri, bahkan banyak generasi muda merasa gengsi bila tidak mengikuti budaya dari negara lain dan melupakan seni budayanya bangsa Indonesia sendiri.
Nah..siapa yang harus bertanggungjawab untuk semua itu?
Kita tidak perlu mencari kambing hitam, tetapi bagaimana kita bekerjasama untuk tetap melestarikan Seni budaya bangsa kita sendiri di Era Globalisasi ini.

Mari kita perjuangkan bersama!

Kamis, 25 September 2008

CANDI


Candi adalah bangunan yang terbuat dari batu sebagai peninggalan sejarah, begitu jawaban orang bila ditanya tentang candi. Biasanya mereka juga mengkaitkan dengan atau sebagai obyek wisata. 
Tapi apakah setiap orang tahu akan candi tersebut?
Dalam Sejarah, Candi boleh dikatakan sebagai:
  1. Tempat pemujaan kepada para dewa.
  2. Tempat pemakaman raja-raja.
  3. Tempat atau monumen penghargaan atau Prasasti.
  4. Bekas tempat Keraton Raja-raja.
  5. Tempat Petirtaan ( Sumber Mata air atau pemandian).
  6. Dan sebagainya.
Pada umumnya keberadaan Candi-candi dihubungkan dengan peninggalan suatu kerajaan Hindu-Budha di Indonesia yang banyak terdapat di daerah Jawa, sementara di luar Jawa masih jarang didapatkan. Bahkan di Jawapun, mayoritas ada di Jawa Tengah.
Mengapa?
Ada yang menganalisis, karena di Jawa Tengah banyak terdapat bahan baku untuk membuat candi, yaitu batu-batu. Padahal setiap daerah yang mempunyai gunung berapi punya potensi mempunyai bahan baku pembuatan candi.
Selain itu ada yang berpendapat, karena mayoritas candi di Jawa Tengah terbuat dari batu, sedangkan di daerah lain banyak yang terbuat dari batu bata, sehingga lebih cepat rusak dan punah. Memang masuk akal, ada beberapa candi di Jawa Timur dan Sumatera terdapat peninggalan candi yang terbuat dari batu bata.

Terlepas dari bahan baku, ada gunung, dan bagaimana keberadaan candi tersebut, mari coba kita simak beberapa candi atau peninggalan sejarah yang terdapat di Indonesia.
  1. Candi Borobudur, merupakan candi yang sangat monumental, sehingga ada yang memasukkan sebagai salah satu bangunan yang termasuk dalam " Keajaiban Dunia ". Warisan Sejarah dari Wangsa Cailendra ini memang cukup patut dibanggakan karena bangunannya yang besar, tetapi juga relief atau panil-panilnya yang bagus dan indah sebagai saksi bisu kebesaran Kerajaan besar di Indonesia pada masa lampau yang terdiri dari Tingkatan Arupadhatu, Rupadhatu , dan Kamadhatu. Bangunan ini setinggi 40 meter yang berada di Wilayah Magelang Jawa Tengah yang ada kaitannya dengan Candi Mendut dan Candi Pawon.
  2. Candi Prambanan dan Candi Sewu, Peninggalan pada masa kekuasaan Rakai Pikatan dari Wangsa Sanjaya yang berhasil merebut kembali kekuasaan dari tangan wangsa Cailendra dengan memperistri penguasa atau Ratu Wangsa Cailendra yaitu Pramodhawardhani,maka Rakai Pikatan meminta kepada isterinya untuk meminta kembali kekuasaan yang sudah diserahkan kepada Bala Putera Dewa. Sehingga terjadi perang dan Bala Putera Dewa bertahan di daerah Boko, akhirnya kalah dan melarikan diri ke Sumatera, bahkan bagaimana alur ceriteranya, malahan menjadi raja terkenal di kerajaan Sriwijaya.
  3. Kompleks candi Dieng, adalah peninggalan dari wangsa Sanjaya sebagai tempat pemujaan yang suci, karena berada di tempat ketinggian, yaitu daerah dataran tinggi Dieng. Jawa Tengah.
  4. Batu Kubur Pasemah, peninggalan ini sangat memprihatinkan sekali keberadaannya, karena berada di pinggir parit atau saluran air pesawahan di daerah Pagar Alam Sumatera Selatan. Padahal merupakan peninggalan Prasejarah pada zaman Megalithikum yang gambarnya telah menghiasi buku-buku sejarah di Dunia. Di dekatnya ditemukan patung-patung lain yang bercorakan agama Budha dalam kondisi yang terlantar pula.
  5. Candi Sukuh dan Candi Cetho, candi ini sering disebut sebagai candi porno atau Erotic Temple. terletak di daerah Karanganyar, Jawa Tengah yang berada di lereng Gunung Lawu. Candi ini memang menggambarkan Lingga dan Yoni dalam keadaan sebenarnya sebagai lambang kesuburan yang berwujud alat kelamin laki-laki dan perempuan dalam keadaan secara nyata. Selain itu di candi Sukuh juga terdapat patung-patung Megalitikum.
  6. Candi Muara Takus dan Biaro Bahal, merupakan candi Budha yang terletak di daerah Jambi , Sumatera. Bangunan ini terbuat dari batu bata, sehingga banyak mengalami kerusakan sana-sini sebagai peninggalan dari kerajaan Sriwijaya. Maka peninggalan ini seharusnya benar-benar jadi Cagar Budaya untuk dirawat dan direstorasi dengan teliti dan cermat agar tidak rusak atau bahkan musnah tertelan perkembangan zaman.
  7. Candi Kalasan, merupakan candi Budha dari wangsa Cailendra yang yang letaknya tidak jauh dengan candi Prambanan dan berada dipinggir jalan antara Yogya-Solo.
Masih banyak candi-candi lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, mungkin dilain kesempatan bisa saya tulis secara khusus atau sekilas tentang candi-candi yang lainnya. 
Ini bukan sebagai tulisan ilmiah, tetapi hanya sekedar informasi umum bagi kaum awam yang tidak mengerti akan percandian.

RBM. Sutartomo
Palembang-Solo

Selasa, 23 September 2008

JEMBATAN AMPERA PALEMBANG


Ampera bridge dalam 2 (dua) zaman

Local Genius



Dalam sejarah Indonesia, budaya kita bukan karena atau hanya pengaruh dari luar atau negara lain, tetapi bangsa Indonesia mempunyai ketrampilan dan intelektual lokal asli (Local genius) yang sebenarnya tidak kalah dibanding dengan kebudayaan bangsa lain.
Bahkan JLA. Brandes dan C. Coedes berhasil meneliti dan menemukan 10 kebudayaan asli Indonesia:
1. JLA. Brandes:
  • Bercocok tanam padi di sawah
  • Prinsip dasar permainan wayang untuk mendatangkan roh
  • Mengenal seni gamelan dari perunggu
  • Pandai membatik/tulisan hias
  • Pola susunan masyarakat Macapat
  • Mengenal alat tukar dalam perdagangan
  • membuat barang2 dari logam (perundagian) terutama perunggu
  • Kemampuan yang tinggi dalam bidang pelayaran
  • Pengetahuan tentang astronomi
  • Susunan masyarakat yang teratur
2. C. Coedes
  • Memelihara ternak
  • Ketrampilam perundagian (cetak logam/pembuatan alat2 dari logam)
  • Ketrampilan pelayaran samudera luas
  • Sistem kekerabatan Matrilineal
  • Kepercayaan animisme, dinamisme, dan pemujaan roh leluhur
  • Mengenal sistem irigasi untuk pertanian
  • Ketrampilan membuat alat-alat dari tanah liat (tembikar/gerabah)
  • Kepercayaan kepada penguasa gunung
  • Cara pemakaman pada kubur batu atau dolmen
  • Mitologi pertentangan antara dua unsur kosmos
Hal tersebut dapat dibuktikan dengan peninggalan-peninggalan sejarah di Indonesia sebagai "Local genius" yang berbeda dengan pengaruh dari kebudayaan India, Cina, Arab, maupun Eropa atau Dunia Barat.
Kita harus bangga dan terus mempertahanan keunggulan kebudayaan asli tersebut yang dapay dihubungkan dan dikembangkan sesuai dengan perkembangan zaman dan teknologi yang semakin maju. Kita tak boleh gengsi terhadap budaya "Impor minded" agar tidak dicap ketinggalan zaman. Itu kesimpulan atau analisa yang salah, sebab Indonesia telah mempunyai teknologi tersendiri yang tak kalah maju dengan bangsa lain. Contoh:
  1. Bangunan Candi Borobudur, Prambanan, dan sebagainya
  2. Astonomi dan pelayaran bangsa Bugis dan Makasar
  3. Rumah-rumah adat atau daerah yang tahan gempa
  4. Sistem Tulisan dan bahasa asli dari suku-suku bangsa di Indonesia
  5. Dan sebagainya.
Mengapa kita harus malu mengembangkan budayanya sendiri?
Mengapa kita bangga atau gengsi atau bangga melakukan budaya bangsa lain?

Amerika Serikat bangga dan mempertahankan suku Amish yang masih hidup 
zaman abad pertengahan sebagai suku pelestari alam. 
Mengapa Indonesia malu atau malah mengkambing hitamkan suku Badui (Jabar) atau Kubu (Sumatera)?
Sungguh tragis!
Kaum muda lebih mengenal komik Superman, Batman, Robin, Spiderman dari pada Gundala Putera Petir, Godam, Maza Penakluk sebagai karya komikus asli Indonesia? Mengapa?

Mari kita kaji bersama, apa yang menyebabkan keadaan seperti itu? Maka perlu diteliti dan diadakan pendekatan khusus dari berbagai segi kehidupan budaya angsa Indonesia.
Ini diperlukan kerjasama dari para ahli, tokoh masyarakat, dan semua pihak yang mempunyai kedekatan dan kepentingan akan masalah tersebut diatas.

RBM. Sutartomo
Palembang - Solo



Senin, 22 September 2008

Tradisi Sejarah



A. Tradisi Sejarah terbagi dalam dua masa/era, yaitu:
1. Masa Prasejarah
2. Masa Sejarah
tapi kalau ditinjau saat sekarang ini keduanya sudah tertulis or ditulis oleh orang zaman sekarang, sehingga para siswa yang mempelajari sejarah tersebut bingung membedakan antara tradisi sejarah masa prasejarah dan masa sejarah.

Tradisi sejarah masa Prasejarah, diwariskan secara lisan oleh:
1. keluarga
2. masyarakat
Cara pewarisannya dari mulut ke mulut, dari generasi ke generasi berikutnyayang dapat berupa:
  • Dongeng
  • Adat Istiadat
  • Hiburan rakyat
  • Kepercayaan
  • Mitos/Mitologi
  • Folklore
  • Legenda
  • Upacara Tradisional
  • Lagu/Nyanyian2an Daerah
  • Dan sebagainya
Awalnya pewarisan sejarah tersebut melalui tradisi lisan tadi, sehingga mengalami distorsi , maka sejarah mulai kabur atau malah tidak sesuai dengan aslinya lagi...!
Akibatnya budaya yang luhur dan mulia bisa hilang tanpa bisa terwarisi lagi oleh generasi seterusnya. Tapi budaya yang negatif kadang malah berkembang, bahkan semakin menggila.

B. Tradisi sejarah masa Sejarah, walau sudah tertulis kadang juga masih kabur, ada yang disamarkan karena alasan2 tertentu, ada yang bermuatan politis, ada kultus individu, ada yang sengaja dibuat salah oleh oknum, dan sebagainya.
Misal :
  • Siapa yang makan/minum degan (kelapamuda) ini keturunannya akan menjadi raja yang besar.
  • Sumpah Tan Amukti Palapa-nya Gajah Mada.
  • Serangan Umum  1 Maret.
  • Pembrontakan G30S/PKI
  • Sejarah Nasional masa ORBA
  • dan sebagainya.
Sejarah harus menulis fakta peristiwa entah itu baik atau jelek, biar generasi berikut dapat membedakan dan menganalisisnya secara bijaksana, teliti dan baik.
Asal peristiwa tersebut menyangkut orang banyak atau peristiwa pribadi yang mempengaruhi kehidupan masyarakat luas.

Siapa mau mengkaji lebih lanjut?
Selama ini Sejarah Indonesia justru banyak diteliti oleh orang asing dari pada orang Indonesia sendiri. Tragis bukan?

RBM. Sutartomo

Minggu, 24 Agustus 2008

Kerajaan Kutai

Menyimak sejarah kuno Indonesia zaman Hindu dan Budha, dapat kita lihat dari peninggalan prasasti, candi, atau peninggalan lainnya yang menjadi saksi bisu bagi kita.

Kerajaan Kutai

Merupakan kerajaan Hindu tertua di Indonesia yang terkenal dengan Prasasti Mulawarman melalui 7 Yupanya. Prasasti dalam Yupa tersebut diperkirakan ditulis pada awal abad ke 5 dengan menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta.
Salah satu Yupa memuat prasasti yang berbunyi:
"Kudungga, yang amat mulia mempunyai putra yang masyhur, Sang Acwawaemman namanya, yang seperti Sang Ansuman (=Dewa Matahari) menumbuhkan keluarga yang sangat mulia. Sang Acwamarmman mempunyai 3 putra, seperti api (yang suci) tiga. Yang terkemuka dari ketiga putra itu adalah Sang Mulawarmman, raja yang berperadaban baik, kuat dan kuasa. Sang Mulawamman telah mengadakan kenduri (selamatan yang dinamakan) emas-amat banyak. Buat peringatan kenduri (selamatan) itulah tugu-tugu ini didirikan oleh para Brahmana"

Dari prasasti tersebut dapat dianalisis bahwa Raja Kudungga sudah tertarik pada agama Hindu yang masuk, sehingga memberikan peluang kepada para Brahmana untuk menyebarkan agama Hindu dan kebudayaannya. Tetapi baru kepada anaknya Aswawarman diadakan upacara vratyastoma (upacara penobatan atau penyucian diri) yang diadakan oleh para Brahmana. Kudungga sendiri masih mempertahankan ciri-ciri ke-"indonesia"-annya dan anaknya sebagai pendiri wangsa keluarga (Wangsakarta/Vansakartta).
Prasasti Mulawarman tersebut menandai adanya 3 angkatan keluarga dari kerajaan Kutai dan Mulawarman sebagai raja yang paling terkenal. Hal ini diketahui dengan isi Prasasti Mulawarman yang lain, berbunyi:
" Sang Mulawarman, raja yang mulia dan terkemuka, telah memberi sedekah 20.000ekor sapi kepada para Brahmana yang seperti api, (bertempat) di dalan tanah yang sangat suci (bernama) Waprakeswara, Buat (peeingatan) akan kebaikan budi sang raja itu, tugu ini telah dibuat oleh para Brahmana yang datang ke tempat ini".
Kata Waprakeswara menunjukkan tempat suci yang dihubungkan dengan Dewa Brahma, Wisnu, dan Syiwa, selain itu juga menunjukkan agama yang dianut Mulawarman adalah Hindu aliran Syiwa.