Minggu, 24 Agustus 2008

Kerajaan Kutai

Menyimak sejarah kuno Indonesia zaman Hindu dan Budha, dapat kita lihat dari peninggalan prasasti, candi, atau peninggalan lainnya yang menjadi saksi bisu bagi kita.

Kerajaan Kutai

Merupakan kerajaan Hindu tertua di Indonesia yang terkenal dengan Prasasti Mulawarman melalui 7 Yupanya. Prasasti dalam Yupa tersebut diperkirakan ditulis pada awal abad ke 5 dengan menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta.
Salah satu Yupa memuat prasasti yang berbunyi:
"Kudungga, yang amat mulia mempunyai putra yang masyhur, Sang Acwawaemman namanya, yang seperti Sang Ansuman (=Dewa Matahari) menumbuhkan keluarga yang sangat mulia. Sang Acwamarmman mempunyai 3 putra, seperti api (yang suci) tiga. Yang terkemuka dari ketiga putra itu adalah Sang Mulawarmman, raja yang berperadaban baik, kuat dan kuasa. Sang Mulawamman telah mengadakan kenduri (selamatan yang dinamakan) emas-amat banyak. Buat peringatan kenduri (selamatan) itulah tugu-tugu ini didirikan oleh para Brahmana"

Dari prasasti tersebut dapat dianalisis bahwa Raja Kudungga sudah tertarik pada agama Hindu yang masuk, sehingga memberikan peluang kepada para Brahmana untuk menyebarkan agama Hindu dan kebudayaannya. Tetapi baru kepada anaknya Aswawarman diadakan upacara vratyastoma (upacara penobatan atau penyucian diri) yang diadakan oleh para Brahmana. Kudungga sendiri masih mempertahankan ciri-ciri ke-"indonesia"-annya dan anaknya sebagai pendiri wangsa keluarga (Wangsakarta/Vansakartta).
Prasasti Mulawarman tersebut menandai adanya 3 angkatan keluarga dari kerajaan Kutai dan Mulawarman sebagai raja yang paling terkenal. Hal ini diketahui dengan isi Prasasti Mulawarman yang lain, berbunyi:
" Sang Mulawarman, raja yang mulia dan terkemuka, telah memberi sedekah 20.000ekor sapi kepada para Brahmana yang seperti api, (bertempat) di dalan tanah yang sangat suci (bernama) Waprakeswara, Buat (peeingatan) akan kebaikan budi sang raja itu, tugu ini telah dibuat oleh para Brahmana yang datang ke tempat ini".
Kata Waprakeswara menunjukkan tempat suci yang dihubungkan dengan Dewa Brahma, Wisnu, dan Syiwa, selain itu juga menunjukkan agama yang dianut Mulawarman adalah Hindu aliran Syiwa.

Senin, 18 Agustus 2008

Indahnya bersama-sama refreshing....


Ini foto bapak/ibu Guru dan Karyawan SMA Xaverius 1 Palembang yang sedang berpose di depan DUFAN Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta.
Setelah lelah berkarya untuk melayani dunia pendidikan dan mencerdaskan calon-calon anak bangsa untuk membangun Indonesia.
Kegiatan ini mahal, baik biaya dan manfaatnya!
Siapa yang menanggung dan bertanggungjawab atas biaya tersebut?
Pribadi masing-masing Guru dan Karyawan?
Kadang mustahil jika dicermati, mereka berjuang dalam profesinya, tetapi sangat minim dalam imbalannya. Memang ini bukan rahasia lagi bagi masyarakat umum. Maka berapa persen (%) anak yang berniat memilih sebagai profesi Guru di Indonesia?
Di beberapa negara maju, profesi guru sangat terhormat dan mendapat imbalan yang tinggi, karena skala prioritas untuk mencerdasan kehidupan anak-anak bangsa. Bagaimana dengan Indonesia kita yang tercinta?
Mungkinkah mereka dapat setiap tahun mengadakan refreshing bersama-sama?
Mari kita lihat dan amati dengan cermat dan teliti.
Palembang, medio agustus 2008
RBM. Sutartomo

Kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Inhonesia




Dalam kurikulum Pendidikan di SMA membahas tentang hal tersebut di atas (judul) di Bab II, sedangkan di Bab I dibahas tentang muncul dan berkembangnya agama Hindu-budha di India dan hubungannya dengan sejarah Indonesia, bagaimana sikap bangsa Indonesia (Nusantara) menerima agama dan kebudayaan 2 agama tersebut.

Bab II Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia

Dalam silabus Siswa diminta untuk mendiskripsikan muncul dan berkembangnya Kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di berbagai daerah, seperti:




  1. Kutai


  2. Tarumanegara


  3. Holing (Kalingga)


  4. Melayu


  5. Sriwijaya


  6. Mataram Kuno


  7. Medang Kemulan


  8. Kediri


  9. Singasari


  10. Bali


  11. Pajajaran


  12. Majapahit


Siswa diminta untuk menjelaskan wilayah kekuasaan kerajaan-kerajaan tersebut, mendiskripsikan kehidupan Sosial, Ekonomi, Budaya, dan Agama kerajaan-kerajaan tersebut, menjelaskan kelanjutan dan keruntuhan kerajaan-kerajaan tersebut.



Perlu diingat bahwa dimensi Sejarah adalah mempelajari peristiwa masa lampau, sebagai landasan untuk masa kini, dan untuk dikembangkan untuk masa yang akan datang. jadi bukan sekedar bernostalgia saja.



Sebagai contoh:





  1. Yunani : Reruntuhan peninggalan sejarah-pun tetap dirawat sebagai obyek ilmiah dan wisata yang dapat medatangkan Devisa Negara.


  2. Italia : Colloseum da amphiteater-pun merupakan daya tarik bagi wisatawan mancanegara.


  3. Cina : Dengan Tembok Besar dan Forbiden City-nya merupakan daya tarik tersendiri bagi para tourisme mancanegara.


  4. Dan sebagainya.


Jumat, 08 Agustus 2008

GUNUNG MERAPI, JATENG


Sosok gunung ini dapat dilihat dari berbagai penjuru tempat Pengamatan Gunung berapi, seperti: Plawangan Kaliurang, Kali Adem, Selo Boyolali, dan sebagainya. Gunung Merapi merupakan gunung aktif, bahkan termasuk gunung teraktif di dunia, sebab selalu mengepulkan asapnya dan sewaktu-waktu dapat memuntahkan magma atau laharnya.
Gunung Merapi mempunyai mitos yang keramat bagi masyarakat Yogyakarta, sebab mempunyai hubungan erat antara 3 penguasa, yaitu: Kyai Semar (di Gn. Merapi, Sultan di Istana Yogyakarta, dan Nyi Roro Kidul di Pantai/Laut Selatan). Gunung ini pernah meluluhlantakkan kerajaan Hindu/Budha di Jawa Tengah pada zaman dahulu, bahkan membatalkan suatu perang besar antar 2 kerajaan, karena bencana yang ditimbulkan oleh gunung tersebut.
Gunung Merapi juga merupakan tempat para Pecinta alam untuk mengagumi keindahan alam ciptaan Tuhan lewat kegiatan pendakian dengan mengambil route pendakian dari Desa Selo Boyolali, Kaliurang, dan route-route lainnya. Indahnya alam ciptaan Tuhan.... Manusia hanya bagian alam yang tidak seberapa.
Salam.
RBM. Sutartomo

FENOMENA ALAM
Foto di atas ini ditangkap pada tanggal 2 Januari 2007 dari atas Kapal fery penyeberangan dari Merak ke Bakauheni. Secara geologis, awan tersebut punya potensi sebagai embrio terjadinya angin topan (Puting beliung), sebab bagian bawah sudah membentuk kerucut suatu pusaran...!

Fenomena seperti ini sering kurang mendapat perhatian dari masyarakat Indonesia umumnya, bahkan terlepas dari pengamatan para ahli geologis atau BMG ( Badan Meteorologi dan Geofisika ) pada khususnya.
Sehingga bencana di Indonesia umumnya tidak terantipasi sebelumnya. Sebenarnya Bencana Alam bisa dihindari atau diminimalkan akibatnya, apabila kita sudah mengetahui tanda-tanda sebelumnya, sebab tanda atau gejala-gejala Bencana Alam dapat dianalisa secara ilmiah.
Nah apa yang harus kita lakukan untuk itu? Sebab sudah banyak terjadi Bencana Alam di Indonesia, tetapi kita selalu terlambat mengetahuinya, sehingga memakan korban yang cukup banyak, entah itu Tsunami, Banjir, Angin Puting Beliung, Kebakaran Hutan..dan sebagainya.
Salam,
RBM. Sutartomo




Study Tour


Setiap liburan, banyak sekolah yang mengadakan acara atau kegiatan Studi Tour.
Tetapi apa makna dari Studi Tour tersebut sepenuhnya dijalankan?
Mari Kita simak dan analisa sejenak, bagaimana pelaksanaan kegiatan tersebut.
Dahulu, kegiatan tersebut merupakan wajib diselenggarakan, karena sangat menunjang kegiatan akademis. Sebab apa yang diperoleh dalam kegiatan tersebut disesuaikan dengan kegiatan akademis di kelas yang tidak terjangkau. Maka materi Studi Tour tersebut mengacu pada bidang akademis mata pelajaran/ mata kuliah tertentu, sehingga para siswa atau mahasiswa diwajibkan membuat laporan ilmiah apa yang didapat dari kegiatan tersebut, minimal mereka dapat melihat atau mengalami yang tidak bisa diperoleh atau disampaikan dalam ruangan kelas atau perkuliahan.
Sehingga kegiatan Studi Tour benar-benar memberikan manfaat yang nyata bagi para siswa atau mahasiswa dalam bidang akademisnya.
Memang Tour-nya juga harus dapat memberikan manfaat "refreshing" setelah jenuh berkutat dalam bidang akademis di ruangan, sehingga memberikan manfaat ganda bagi para peserta Studi Tour tersebut.
Tapi apa yang terjadi sekarang?
Studi Tour kelihatannya hanya dikemas untuk kegiatan refreshing saja, maka lebih tepat kalau dinamakan sebagai "Tour" saja, sehingga kata "Studi"-nya dihilangkan saja. Sebab kegiatan tersebut umumnya lebih menonjolkan kesan hanya "Hura-hura", baik itu tamasya ke tempat-tempat rekreasi maupun tempat-tempat Shopping/ Belanja saja.
Bagaimana?
RBM. Sutartomo
Palembang