Selasa, 13 April 2010

BAB V. PENGARUH PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PERSENJATAAN TERHADAP PERANG DUNIA II DAN PERANG DINGIN

A. Pengaruh Perkembangan Teknologi Persenjataan terhadap Perang Dunia II
Dipicu oleh teori peluruhan radioaktif ciptaan Ernest Rutherford dan Frederick Soddy pada tahun 1902, para ahli fisika dunia berlomba-lomba menguak struktur atom lebih mendalam, diantaranya 3 ilmuwan: Enrico Fermi (Italia), Niels Bohr (Denmark), dan Arthur H. Compton (Amerika Serikat). Amerika Serikat tidak menyia-nyiakan temuan para ahli tersebut dengan membuat Proyek Manhattan dengan merekrut tenaga mereka. Selain mereka , ada pula Albert Einstein yang masuk Amerika Serikat dengan teori Relativitas yang amat dahsyat, yaitu : E = mc2. Einstein berbicara teori ini murni dari hasil perhitungan di atas kertas dan papan tulis, berbeda dengan para ilmuwan lainnya yang berbicara atom dengan hasil percobaan di laboratorium.
1. Perkembangan Teknologi Persenjataan di Jerman
Tahun 1930-an Jerman mendahului negara lain dalam riset atom dan kebanyakan ahli atom berasal dari Jerman atau Austria -> Otto Hahn, orang Jerman pertama yang melakukan pemecahan atom pada tahun 1938. Pada saat kekuasaan Hitler dalam menjalankan politik rasial, banyal ilmuwan Jerman keturunan Yahudi yang melarikan diri keluar Jerman atau Austria, seperti: Albert Einstein, Lise Meitner, dan Gustav Hertz. Hal ini berakibat penelitian nuklir di Jerman terhambat karena terjadinya brain drain ke luar Jerman. Mereka diusir keluar bukan karena keturunan Yahudi saja, tetapi juga siapa saja yang tidak sejalan dengan politik Nazi dari Hitler.
Akhir tahun 1930-an Werner Heisenberg ilmuwan fisika Jerman yang terkenal di dunia internasional karena karyanya dalam mekanika kuantum dan The Uncentainty Principle. Hal ini membuatnya meraih hadiah Nobel tahun 1932. Walau bukan anggota Nazi, ia adalah seorang patriot Jerman sepeti para perwira militerlainnya. Maka ia ditunjuk memimpin Program pengadaan nuklir Jerman dengan sponsor negara.
• Tahun 1939 Perang Dunia meletus di Eropa, tentara Nazi menduduki Norwegia dan merebut pabrik pembuatan air berat di Vermork, 160 km utara Oslo. Air berat atau Deuterium sangat diperlukan Jerman untuk program nuklirnya. Pada dasarnya sebuah reaktor atom beroperasi dengan menimbulkan reaksi berantai atom dari masa uranium-238 yang ada didalam reaktor. Untuk memicu reaksi aliran neutron di sekeliling isotop, radioaktif harus dimoderasikan dengan substansi lain seperti graphite atau air berat. Para Ilmuwan Jerman ternyata memilih air berat yang justru langka dan sulit membuatnya.
• Jerman harus memiliki senjata pamungkas guna mempercepat rencana gila Adolf Hitler untuk menguasai dunia. Maka memasuki tahun ketiga Perang Dunia II para petinggi militer Jerman percaya pada kemampuan para ilmuwan fisika Jerman untuk mengklasifikasikan fenomena fisika yang diungkapkan oleh beberapa fisikawan senior seperti: Neil Bohr, J. Robert Oppenheimer, dan Albert Einstein.
• Tahun 1942 pabrik di Vermork telah mampu memproduksi 10.000 pon air berat/deuterium untuk keperluan Proyek Tim Heisenberg di Berlin dan Leipzig. Inggris berusaha menggagalkan, tapi usaha pertamanya gagal, karena pesawat-pesawat glidernya tertimpa badai salju dan jatuh di luar daerah sasaran. Akhirnya aksi sabotase, intelejen Inggris berhasil menyusup dalam badai salju dan meledakkan pabrik-pabrik air berat tersebut. Ketika Jerman mau memindahkan dari Norwegia yang tidak amanpun berhasil digagalkan dengan menenggelamkan kapal-kapal yang mengangkut air berat dengan bantuan gerilyawan Norwegia yang memasang bom di kapal tersebut.
• Jerman tidak menyerah atas kegagalan suplai air berat tersebut, para ilmuwan fisika Jerman terus berusaha pengembangan pembuatan bom atom. Mereka telah mencapai beberapa kesimpulan yang hampir sama dengan para ilmuwan Amerika serikat dalm Proyek Manhattan-nya. Hanya para ilmuwan Jerman tidak pernah mencapai konsep kerja untuk memproduksi secara nyata.
• Beberapa hal yang menyebabkan kekalahan Jerman dalam perlombaan mengembangkan dan membuat bom ato, adalah sebagai berikut:
 Politik Rasial:
Hal ini menyebabkan ahli fisika dan nuklir keturunan Yahudi melarikan diri luar negeri atau keluar dari Jerman.
 Kemampuan berorganisasi:
Jerman kurang mampu berorganisasi dalam mengembangkan Proyek persenjataannya , karena terombang-ambingkan kebijakan yang berbeda oleh beberapa kementerian, sedangkan Amerika Serikat punya Proyek Manhattan-nya yang mantab dan efektif.
 Sikap Kultur Rezim Nazi:
Kultural/kebudayaan Nazi menganggap bahwa para ilmuwan sejati adalah mereka yang bekerja menciptakan roket dan jet, sedangkan lainnya hanya sebagai pelengkap saja. Adolf Hitler sendiri digambarkan lebih percaya pada kemampuan senjata konvensional.

2. Perkembangan Teknologi Persenjataan di Amerika Serikat
Tanggal 2 Agustus 1939 Albert Einstein mengirim surat kepada presiden USA Franklin Delano Roosevelt, memberitahukan bahwa Nazi Jerman telah mampu memurnikan Uranium-235 untuk dikembangkan menjadi bom atom yaitu bom baru yang maha dahsyat dan mempunyai kekuatan berjuta-juta kali lipat disbanding bahan peledak konvensional, seperti TNT atau dinamit. Karena bom tersebut dapat menghancurkan sebuah kota hanya dengan hitungan detik saja.
Amerika Serikat segera membangun Mega-proyek rahasia yang bersandi Manhattan – Project. Mega-proyek ini dapat bantuan dari Canada dan Inggris.
............................


B. Pengaruh Perkembangan Teknologi Persenjataan terhadap Perang Dingin
1. Persaingan semakin Meluas.
2. Peredaan Ketegangan
3. Pasca Perang Dingin
4. Proliferasi

1 komentar:

BELAJAR BAHASA mengatakan...

teknologi senjata sangat mengerikan