Senin, 06 Oktober 2008

Sumber sejarah Lisan



Sumber sejarah dapat berupa sumber lisan atau "tutur", apalagi sebelum mengenal tulisan atau zaman prasejarah yang diwariskan secara turun temurun dari mulut ke mulut dan dari generasi ke generasi berikutnya. Sumber tersebut dalam kurikulun pelajaran SEJARAH di SMA berupa:
  1. Folklore
  2. Mitologi
  3. Legenda
  4. Upacara Tradisional
  5. Lagu atau Nyanyian Rakyat
Sumber tersebut perlu di telaah secara ilmiah dan dihubungkan dengan fakta sejarah. Sebab sumber-sumber lisan tersebut sering bersifat magis, fiktif, dan tersembunyi sesuai dengan tujuan-tujuan tertentu dari pembuat tutur tersebut.
Misalnya:
  1. Legenda Candi Roro Jonggrang (Candi Prambanan), bukan hanya kisah cinta Bandung Bondowoso yang jatuh cinta dengan Roro Jonggrang dengan membuat candi seribu dalam waktu semalam, tetapi Candi tersebut sebenarnya dibuat oleh Rakai Pikatan dari Wangsa Sanjaya yang mencoba merebut kembali kekuasaan dari Wangsa Cailendra dari tangan Bala Putera Dewa pada zaman kerajaan Mataram Hindu - Budha di Nusantara (Indonesia).
  2. Upacara Perkawinan secara adat, sebenarnya untuk melestarikan budaya para raja dan keluarganya dalam melangsungkan tata cara perkawinan yang agung dan sacral, sehingga setiap orang zaman sekarang dapat merasakan keindahan sebuah perkawinan dan merupakan suatu kebanggaan dan kebahagiaan tersendiri dalam kehidupan mereka. Maka muncul pemeo, jadi penganti ibarat sebagai "Raja Sehari".
  3. Nyanyian Sinanggar a Tulo dalam tari Tor-tor di masyarakat Batak , Sumatera Utara mengingatkan sejarah seorang anak raja yang tidak bisa apa-apa, maka diminta pada seorang koreografer agar sang anak tersebut dapat menari, sehingga Tarian tersebut sampai sekarang sangat populer dan penting serta sakral di kalangan masyarakat Batak.
  4. Mitologi Pulau Kemaro di Palembang, dapat diambil sejarah perkawinan antara pemuda Tan Bun An dan Siti Fatimah pada masa kerajaan Islam di Palembang, bukan sekedar Mitologi muculnya pulau tersebut akibat terjunnya kedua suami isteri tersebut ke Sungai Musi untuk mengejar emas yang terbuang ke sungai. Bahkan benarkah pulau tersebut terapung di perairan sungai Musi menurut tinjauan geologis dalam beberapa sumber, perlu diteliti secara ilmiah dengan baik dan benar, sesuai dengan fakta ilmiahnya.
  5. Folklore Joko Tingkir yang menaklukkan 40 buaya adalah cerita sejarah yang disamarkan bahwa Jaka Tingkir atau Sultan Hadiwijaya dari Pajang telah berhasil menaklukkan dan menyadarkan 40 orang kepala daerah yang bersifat seperti "buaya", sehingga sadar dan mau menunjang atau membantu kebesaran Kesultanan Pajang. --> " Sigra milir sang gethek sinangga bajul.....Kawan dasa kang njageni........."
  6. Dan sebagainya.

Untuk itu para pengajar sejarah harus pandai menghubungkan Tradisi Lisan tersebut dalam konteks sejarah dan jangan terjerumus ke dalam pelajaran Bahasa Indonesia maupun Kesenian yang juga mempelajari tradisi lisan tersebut. Maka kita harus pandai-pandai mengambil sikap sesuai dengan bidang pelajaran dan tujuan utamanya masing-masing pelajaran tersebut.

Memang banyak fakta yang sengaja disamarkan atau untuk menunjang kekuasaan para penguasa/raja/sultan agar tetap berwibawa dan menimbulkan kesan mistis di mata para rakyat dan Abdi Dalem (punggawa/pegawai kerajaan). Apalagi hal-hal yang tabu untuk didengar para rakyat jelata,bahkan untuk mengajar setiap orang untuk mengupas faktanya secara arif, bijaksana, dan ilmiah dalam menyikapi sumber lisan atau ceritera "tutur" tersebut.


RBM. Sutartomo
Solo - Palembang

Tidak ada komentar: