Rabu, 29 Oktober 2008

SERANGAN UMUM 1 MARET


Demi eksistensi Kaemerdekaan Indonesia, Bung Karno berjaga-jaga dengan memindahkan Ibu kota dari Jakarta ke Yogyakarta, serta Membuat PDRI ( Pemerintahan Darurat Republik Indonsia di Sumatera Barat. Sebab apabila RI jatuh ke tangan Belanda melalui Agresi Militer-nya  baik Agresi Pertama dan ke`dua, maka Indonesia akan terjajah kembali dan harus memperjuangkan Kemerdekaan RI dari Nol Lagi.

Betul, Jakarta jatuh ke tangan Belanda dan juga terus berusaha menguasai daerah Indonesia secara lambat laun dan menyerang Yogyakarta pula. Ini sangat membahayakan RI sebagai negara yang Merdeka.
Atas prakarsa Sri Sultan Hamengku Buwana ke IX, disusunlah serangan ke Yogyakarta untuk merebut kembali kota Yogyakarta untuk menunjukkan kepada dunia Internasiona bahwa RI dan militer Indonesia masih ada. Sebagai pelaksana serangan adalah Tentara Nasional Indonesi yang waktu itu dipimpin Oleh Letkol Suharto (Presiden RI yang ke dua, sebenarnya ke empat, setelah Mr. Asaat, presiden RI dalam RIS dan .....?...  Presiden PDRI-->> Pemerintahan Darurat Republik Indonesia )
Serangan ini terkenal sebagai dengan nama "Serangan Umum 1 Maret", sehingga eksistensi RI sebagai negara Merdeka masih diakui oleh dunia, bukan berjuang lagi untuk memperoleh Kemerdekaan akibat Agresi Militer Belanda I dan II ( Clasch I dan II ).
Peranan Sri Sultan Hamengku Buwana sangat penting, karena berani melindungi Tentara RI dari serbuan Jendral Spoor yang mau membalas dndam akibat Serangan Oemoem 1 Maret tersebut. Jendral Spoor tidak berani memaksa Sri Sultan untuk menyerahkan Tentara RI yang berlindung di dalam Kraton Yogyakarta.

Dari peristiwa tersebut, sangat layaklah Sri Sultan Hamengku Buwana IX langsung diangkat sebagai Pahlawan Nasional, begitu beliau wafat.
Beliau berani berkata kepada Jendral Spoor : "Langkahi mayat saya, bila anda berani memasuki Kraton saya!". Maka selamatlah para tentara dan pejuang-pejuang kita serta Indonesia yang tetap tegak Merdeka.

RBM. Sutartomo

Tidak ada komentar: