Selasa, 03 Juni 2008

Menyusuri Jejak Kesultanan Palembang


KESULTANAN PALEMBANG

PENGANTAR

Kesultanan Palembang perlu dilacak asal usulnya, mengingat banyak kesamaan dan persepsi bahwa yang mengatakan, bahwa kesultanan Palembang berasal dari keturunan raja-raja di Jawa. Hal ini diperkuat dari dengan persamaan-persamaan budaya Palembang dengan budaya Jawa, baik dari segi bahasa, kesenian, maupun adat istiadat yang ada di Palembang saat ini.
Banyak orang awam bertanya-tanya, mengapa lagu dan tari Gending Sriwijaya bernafaskan/bercorak budaya Jawa, lain dengan lagu-lagu Batang Hari Sembilan atau lagu-lagu daerah Palembang lainnya? Hal ini perlu dilacak jauh ke dalam sejarah berdirinya Kesultanan Palembang.
Masyarakat awam sering menghubungkan Kesultanan Palembang merupakan kelanjutan dari Kerajaan Sriwijaya, tetapi bila diteliti secara logis sangat jauh tenggang waktunya antara keruntuhan Kerajaan Sriwijaya dan berdirinya Kesultanan Palembang. Nah....Kaum awam semakin bingung, dikuasai oleh siapa dan pemerintahan apa di daerah Palembang antara Kerajaan Sriwijaya dan Kesultanan Palembang itu?
Untuk itu, marilah kita coba melacak keberadaan Kesultanan Palembang yang meninggalkan jejak atau saksi bisu Benteng Kuto Besak dan beberapa situs sejarah lainnya, seperti Masjid Agung, Gedung Leideng (Balai Kota, sekarang Kantor Wali Kota Palembang), Pulai Kemaro, Pulau Borang, Pulau Anyar, Sungsang, dan sebagainya.

1. Asal Muasal
Berbagai sumber dan catatan menjelaskan adanya beberapa keturunan raja Jawa mengadakan perpindahan ke Palembang kurang lebih sebanyak 24 orang. Mereka adalah keturunan Pangeran Trenggono di bawah pimpinan Ki (Kyai) Gede ing Suro Tuo, akibat adanya penyerbuan Kesultanan Pajang ke Demak. Kemudian mereka menetap di sebuah perkampungan Kuto Gawang di sekitar daerah Kampung Palembang Lamo.
Perlu diketahui bahwa Pangeran Trenggono sebagai putra Raden Fattah bin Prabu Kertabumi Brawijaya V yang berasal dari Kerajaan Majapahit yang mempunyai istri keturunan Cina. Ia lahir dan dibesarkan di Palembang di dalam istana Ario Dillah saudaranya yang lain ibu.

Kapan Kesultanan Palembang lahir?
Sejak Pemerintahan Ki (Kyai) Gede Sedo ing Lautan sampai Pangeran Sedo ing Rejek, status Palembang belum dianggap atau tercatat sebagai Kesultanan, tetapi masih masuk wilayah keuasaan Demak dan Mataram. Pada Masa Pemerintahan Pangean Ario Kesumo tercatat telah mendirikan Kesultanan Palembang Darussalam dengan memisahkan atau memutuskan hubungan dengan Mataram. Kemudian Pangeran Ario Kesumo bergelar Sultan Abdurrahman Kholifatul Mukminin Sayyidul Iman sebagai Sultan Palembang yang pertama memerintah tahun 1659 – 1706.

2. Kesultanan Palembang
Kesultanan Palembang didirikan oleh Pangeran Ario Kesumo yang telah membebaskan diri dari penguasaan Kerajaan Mataram yang bergelar Sultan Abdurrahman Kholifatul Mukminin Sayyidul Iman sebagai Sulatan Palembang yang pertama. Beliau wafat tahun 1707, tetapi sebelum wafat ia telah menobatkan puteranya dari Ratu Agung yang bergelar Sultan Muhammad Mansur. Di bawah ini secara ringkas Sultan-sultan Palembang :
2.1 Sultan Abdurrahman Kholifatul Mukminin Sayyidul Iman ( Pangeran Ario Kesumo) 1659 – 1706.
2.2 Sultan Muhammad Mansur 1706 – 1714
2.3 Sultan Agung Komaruddin Sri Truno ( Raden Uju, adik Sultan Muhammad Mansur, sesuai dengan wasiatnya) 1714 – 1724
2.4 Sultan Mahmud Badaruddin I ( Pangeran Ratu Jayo Wikramo, kemenakan Sultan Agung Komaruddin Sri Truno) 1724 – 1758
2.5 Sultan Ahmad Najamuddin I ( Pangeran Adikesumo, putra kedua Sultan Mahmud Badaruddin I karena putera pertamanya Raden Jailani Pangeran Ratu telah wafat) 1758 – 1776.
2.6 Sultan Muhammad Baharuddin ( (Putra Mahkota) 1776 – 1803.
2.7 Sultan Mahmud Badaruddin II ( Raden Hasan Pangeran Ratu, putra sulung Sultan Muhammad Baharuddin) 1803 – 1821.
2.8 Sultan Ahmad Najamuddin II ( Pangeran Adipati yang bergelar Sultan Mudo,adik Sultan Mahmud Badaruddin II, karena Sultan bergerilya melawan tentara Inggris, sehingga Sultan Mudo yang diakui sebagai raja di Palembang) 1812 -1813.
2.9 Sultan Ahmad Najamuddin Pangeran Ratu ( Putera sulung Sultan Mahmud Badaruddin II dan Sultan Mahmud Badaruddin II bergelar Susuhunan) 1819 – 1821.
2.10 Sultan Ahmad Najamuddin Prabu Anom ( Raden Ahmad, Putera sulung Sultan Ahmad Najamuddin II, karena Sulatan Mahmud Badaruddin II tanggal 3 Juli 1821 diasingkan) 1821 – 1923 beliau ini dianggap sebagai Kesultanan Palembang Darussalam.

Demikianlah nama-nama sultan dalam Kesultanan Palembang berdasarkan nama resmi sebagai sultan. Tetapi perlu disimak pula ada beberapa penguasa daerah Palembang yang dianggap sebagai pendahulu pendiri Kesultanan Palembang seperti di bawah ini :

No. Nama Penguasa, Raja, dan Sultan Masa Pemerintahan
1. Ario Abdillah ( Ario Dilla, sebelumnya bernama Aria Damar) 1455 -1486
2. Pangeran Sedo Ing Lautan 1547 -1552
3. Kiai Gede Ing Suro Tuo 1552 – 1573
4. Kiai Gede Ing Suro Mudo (Kiai Mas Anom Adipati Ing Suro) 1573 – 1590
5. Kiai Mas Adipati 1590 – 1595
6. Pangeran Madi Ing Sako 1595 – 1629
7. Pangeran Madi Alit 1629 – 1630
8. Pangeran Sedo Ing Puro 1630 – 1639
9. Pangeran Sedo Ing Kenayan 1639 – 1650
10. Pangeran Sedo Ing Pasarean 1651 – 1652
11. Pangeran Sedo Ing Rajek 1652 - 1659
12. Kiai Mas Endi, Pangeran Aria Kesumo- Abdurrohim, Sultan Susuhunan Abdurrahman-Kholifatul Mukminin Sayyidul Iman 1659 – 1706
13. Sultan Muhammad Mansyur Jayo Ing Lago 1706 – 1714
14. Sultan Agung Komaruddin Sri Teruno 1714 – 1724
15. Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo (Sultan Mahmud Badaruddin I) 1724 – 1758
16. Sultan Susuhunan Ahmad Najamuddin Adikesumo (Sultan Ahmad Najamuddin I) 1758 – 1776
17. Sultan Muhammad Baharuddin 1776 – 1803
18 Sultan Susuhunan Mahmud Badaruddin (Sultan Mahmud Badaruddin II) 1803 – 1821
19. Sultan Susuhunan Husin Dhiauddin 1813 – 1817
20. Sultan Ahmad Najamuddin Pangeran Ratu (Sultan Ahmad Najamuddin II) 1819 – 1821
21. Sultan Ahmad Najamuddin Prabu Anom (Sultan Ahmad Najamuddin III) 1821 – 1823
22. Pangeran Kramo Jayo 1823 – 1825

Semoga sekelumit tulisan ini dapat menggugah hati masyarakat Palembang untuk lebih mengetahui tentang Kesultanan Palembang, sehingga pikirannya tidak rancu dengan Kerajaan Sriwijaya, sebab apa arti pepatah : ”Bangsa yang besar adalah bangsa yang sangat menghargai sejarah bangsanya atau menghargai jasa para Pahlawannnya”, terutama jasa Sultan Mahmud Badaruddin II sebagai Pahlawan Nasional yang telah berjuang untuk melawan penjajahan bangsa Inggris di Palembang kota tercinta kita ini.
_____________________________________________________________________
RBM. Sutartomo
Pemerhati Sejarah dan Budaya

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Terima ksh pak guru tom sdh ikut mengenalkan sejarah palembang😊..ada yg ingin saya tanyakan nama istri2 sultan trenggana..terima ksh