Senin, 02 Juni 2008

Gajah Mada

Maha Patih Kerajaan Majapahit Gajah Mada, memulai karier dari bawah. Dari "Kawula Alit" sampai menjadi " Maha Patih". Ini suatu Karier yang patut disimak baik-baik, bahwa jabatan dan kesuksesan kehidupan seseorang memang harus melalui perjuangan. Perjuangan yang bukan berdasarkan keturunan, kolusi, nepotisme, fasilitas orang tua, dan sebagainya, tetapi merupakan perjuangan diri sendiri berdasarkan kinerja pribadi.
Sumpah "Tan Amukti Palapa" perlu dijabarkan secara logis dan ilmiah, dari beberapa pakar telah mencoba untuk mengupasnya secara umum, seperti :
1. Tidak akan menggunakan kekayaan duniawi sebelum bisa memersatukan Nusantara.
2. Tidak makan rempah-rempah sebelum berhasil mempersatukan Nusantara.
3. Dan sebagainya.

Memang secara terperinci dapat kita jabarkan isi dari sumpah Palapa tersebut, tapi penulis disini tidak mengungkap tentang isi Sumpah tersebut (Nanti dalam Tulisan Lain), tetapi dari sisi keberhasilan karier dari Gajah Mada itu sendiri.
Gajah Mada tidak pernah memikirkan kemewahan hidupnya, walau ia telah menjadi Sang Maha Patih dan hanya satu fokus tujuannya, yaitu bagaimana harus berhasil mempersatukan Nusantara.
Bahkan ambisinya bertumburan dengan rajanya sendiri ketika akan meminang DYAH PITTALOKA putri dari kerajaan Sunda. Maka terjadilah konflik antara kepentingan cinta dan politik kenegaraan. Gajah Mada berani menentang keinginan rajanya untuk kepentinga politiknya dalam mempersatukan Nusantara. Sebab raja Sunda tidak akan bisa ditaklukkan apabila terjadi perkawinan antara Hayam Wuruk dengan Dyah Pittaloka. Karena status raja Sunda akan menjadi Mertua dari Hayam Wuruk, maka mustahil akan bisa "disatukan" dalam kasus hubungan antara "Mertua dan Menantu". Sehingga terjadilah Perang BUBAT dengan kematian Dyah Pittaloka yang turut ambil bagian dalam perang tersebut karena merasa terhina dengan sikap Gajah Maja yang menginginkan dirinya sebagai upeti, bukan untuk dipinang oleh Hayam Wuruk sendiri.
Memang ambisi, akan menyebabkan pengorbanan atau harus ada yang dikorbankan. tetapi siapa yang salah? Perbedaan kepentingan kadang atau sering sulit unruk disatukan. hanya siapa yang mau berlapang dada atau mengalah sebagai solusinya. Solusi yang terbaik adalah bagaimana harus mensinkronkan antara 2 pendapat atau 2 kepentingan yang berbeda, hal itu tentu tidak mudah, karena memerlukan oatak atau kepala yang dingin dan bijaksana untuk mengatasinya.
Terus dimana dan kemanakah Sang Gajah Mada?
Setelah ia mulai tersingkir, karena jabatannya mulai dikurangi dengan alasan sudah tua dan perlu banyak istirahat dikala ambisi Sang Maha Patih belum merasa selesai pada tujuan akhirnya. Ini taktik dari Hayam Wuruk untuk membatasi ruang gerak Gajah Mada yang sering mengorbankan kepentingan (pribadi) rajanya, maka secara halus dikurangi tugas-tugasnya, bahkan dibatasi dengan alasan sebagai penghormatan untuk istirahat setelah berjuang untuk kepentingan kerajaan secara penuh...!
Dalam berbagai sumber Gajah Mada tidak mempunyai istri dan tidak diketahui kapan wafat dan dimana dimakamkan. Sebab mustahil seorang Mantan Maha Patih tidak dihormati pemakamannya. maka secara ringkas Gajah Mada kemungkinan telah "Moksa" wafat tanpa melalui kematian, sirna menuju alam kesempurnaan dan terbebas dari "Samsara".
Banyak pertanyaan yang belum terjawab!
Kehidupan akhir dari Sang Maha Patih Gajah Mada masih misterius berdasarkan fakta Sejarah!
Sumber bukti prasasti belum atau tidak ditemukan makam dan bagaimana bentuk wajah Sang Maha Patih itu. Di buku-buku Sejarah Indonesia menampilkan sosok Gajah Mada bila ditelusur secara ilmiah berdasarkan prasasti atau literature yang ada, sosok patung itu tidak tepat disebut sebagai sosok Sang Maha Patih Gajah Mada.
Nah...terus bagaimana? Mari terus kita telusuri dan kita tunggu penelitian lebih lanjut!

RBM. Sutartomo
SMA Xaverius 1 Palembang
to_ro03@yahoo.co.id

Tidak ada komentar: